Macan Kumbang dari Kareumbi Turun ke Desa di Sumedang, Cermin Keseimbangan Alam yang Mulai Terganggu

Macan Kumbang dari Kareumbi Turun ke Desa di Sumedang, Cermin Keseimbangan Alam yang Mulai Terganggu
Macan Kumbang dari Kareumbi Turun ke Desa di Sumedang, Cermin Keseimbangan Alam yang Mulai Terganggu
0 Komentar

“Kamera trap kami pasang di titik-titik yang sering dilalui macan kumbang. Tujuannya bukan hanya untuk memantau, tapi juga memahami bagaimana pergerakan mereka berubah akibat tekanan lingkungan,” katanya.

Rachmad menambahkan, pemantauan dengan 80 kamera trap yang dipasang di wilayah Gunung Kareumbi Barat menjadi bagian penting dalam membaca tanda-tanda perubahan populasi satwa.

Dari data tersebut, petugas bisa mengetahui apakah hewan predator ini keluar karena habitat rusak, kekurangan mangsa, atau faktor lain seperti perburuan dan aktivitas manusia.

Baca Juga:Laporan Palsu Dibegal di Sumedang, Segini Ancaman Penjara untuk PelakuKasus Alif Bocah Sumedang Tanpa Anus Jadi Pengingat: Jangan Diam Bila Ada yang Butuh Bantuan!

Di sisi lain, Kepala Desa Cikondang, Indra Ginanjar, menilai bahwa kejadian ini menjadi pengingat bagi warga desa penyangga agar lebih berhati-hati dalam mengelola lahan.

“Kami sudah berkoordinasi dengan BKSDA. Warga diminta memperkuat kandang dan tidak membuka lahan terlalu dekat dengan batas hutan,” ujarnya.

Sementara itu, tim BBKSDA bersama Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) RI juga sedang menyiapkan opsi penanganan non-mematikan, termasuk tembak bius jika macan kumbang kembali muncul di area permukiman.

Tujuannya bukan untuk memburu, melainkan memindahkan ke area yang lebih aman bagi satwa dan warga.

Fenomena seperti ini bukan kali pertama terjadi di Jawa Barat. Dari Sukabumi hingga Majalengka, macan kumbang kerap muncul di pinggiran hutan setiap kali musim kemarau panjang melanda.

Polanya hampir selalu sama satwa kehilangan sumber air, rantai makanan terputus, dan mereka pun mendekat ke manusia.

Bagi peneliti satwa liar, kejadian di Ganeas adalah peringatan ekologis. Alam tidak sedang marah; alam sedang mencari keseimbangannya kembali.

Baca Juga:Laporan Warga Selamatkan Bocah Tanpa Anus, Pemkab Sumedang Langsung BergerakMengenal Atresia Ani, Kelainan Langka yang Dialami Bocah Asal Sumedang

Ketika hutan kehilangan mangsanya, predator mencari makan di luar. Ketika pohon-pohon ditebang, suara hewan hutan pun berpindah ke halaman rumah kita.

Semua ini mengingatkan bahwa menjaga hutan bukan hanya soal melindungi satwa, tetapi juga melindungi diri kita sendiri.

“Macan kumbang itu bukan musuh,” kata Rachmad pelan, “Ia adalah bagian dari sistem yang sama dengan kita. Kalau ia turun gunung, artinya ada yang salah di atas sana.”

Kisah di Ganeas bukan hanya berita tentang hewan buas yang memangsa ayam. Ia adalah cerita tentang keseimbangan alam yang rapuh, dan tentang manusia yang harus belajar membaca tanda-tandanya sebelum semuanya terlambat.***

0 Komentar