Kisah Buruh Perempuan yang Dianiaya Saat Pulang Kerja: Luka di Kepala, Tapi Tetap Melawan Pelaku

Kisah Buruh Perempuan yang Dianiaya Saat Pulang Kerja: Luka di Kepala, Tapi Tetap Melawan Pelaku
Kisah Buruh Perempuan yang Dianiaya Saat Pulang Kerja: Luka di Kepala, Tapi Tetap Melawan Pelaku
0 Komentar

SUMEDANGEKSPRES – Pagi itu, suasana di sekitar Jalan Raya Rancaekek masih sepi ketika Rev (46), seorang buruh pabrik asal Rancaekek, baru saja selesai bekerja dan bersiap pulang menuju rumah.

Namun langkahnya terhenti di depan pabrik PT Vonex Indonesia, kawasan Cimanggung, Sumedang.

Di tempat itulah, nasib malang menimpanya. Seorang pria tiba-tiba menghadang motor yang ia kendarai dan langsung menyerangnya dengan sebilah besi.

Baca Juga:Pulang Kerja, Buruh Perempuan di Cimanggung Dianiaya Preman Suruhan, Pelaku Ditangkap PolisiApakah Benar NekoPoi APK Kucing (Versi Terbaru) V2.5.4.5 Terlalu Berbahaya untuk Digunakan?

Tiga kali pukulan menghantam tubuh Rev pertama mengenai kepala, kemudian pundak kanan, dan terakhir mengenai tangan kirinya. Luka robek di pelipis dan lebam di beberapa bagian tubuh menjadi bukti betapa brutal serangan itu.

Namun di tengah rasa sakit dan ketakutan, Rev tidak menyerah begitu saja. Ia berusaha melawan, bahkan berhasil merebut besi dari tangan pelaku setelah sempat menjatuhkan motornya ke jalan.

Aksi itu sempat mengundang perhatian warga sekitar. Beberapa orang yang melihat langsung datang menolong dan membantu mengamankan pelaku hingga diserahkan ke pihak kepolisian.

Belakangan diketahui, pelaku bernama Arista Yudistira, warga Desa Sukamulya, Kecamatan Rancaekek, dan penganiayaan itu dilakukan atas suruhan seseorang bernama Arlin, warga Warung Cina.

Polisi kini masih mendalami hubungan antara keduanya serta motif di balik serangan tersebut.

Kisah Rev menjadi potret nyata ketangguhan seorang pekerja perempuan yang tidak hanya berjuang di tempat kerja, tetapi juga melawan ancaman di perjalanan pulang.

Di balik luka dan trauma, keberanian Rev melawan pelaku menunjukkan bahwa kekerasan terhadap perempuan seharusnya tidak lagi dianggap sepele, terlebih terhadap mereka yang mencari nafkah demi keluarga di tengah risiko yang kian nyata.***

0 Komentar