Makna di Balik Lagu Tradisional Sunda "Bubuy Bulan": Sebuah Metafora Kerinduan dan Cinta yang Puitis

Makna di Balik Lagu Tradisional Sunda \"Bubuy Bulan\": Sebuah Metafora Kerinduan dan Cinta yang Puitis
Makna di Balik Lagu Tradisional Sunda \"Bubuy Bulan\": Sebuah Metafora Kerinduan dan Cinta yang Puitis - (Ilustrasi)
0 Komentar

SUMEDANG EKSPRES – “Bubuy Bulan” adalah salah satu lagu daerah Jawa Barat yang paling populer dan abadi.

Diciptakan oleh Benny Corda, lagu ini dikenal karena melodi yang lembut dan liriknya yang kaya akan metafora alam, yang menyimpan makna kerinduan mendalam, kesulitan meraih cinta, dan harapan akan perjumpaan kembali.

Secara harfiah, “Bubuy Bulan” berarti “Sanggai Bulan” atau “Panggang Bulan.” Kata bubuy merujuk pada teknik memasak tradisional dengan cara menimbun makanan di atas bara api panas (seperti menyangrai atau memanggang).

Baca Juga:Menguak Sejarah Lagu "Sumedang Kota Kamelang" dan Siapa PenciptanyaMakna di Balik Lirik Lagu "Sumedang Kota Kamelang": Ungkapan Cinta dan Janji pada Tanah Kelahiran

Namun, dalam konteks lagu ini, frasa tersebut merupakan perumpamaan puitis yang menggambarkan aktivitas di bawah terik matahari dan suasana malam, yang semuanya terkait dengan hati yang sedang merindu.

1. Interpretasi Lirik dan Makna Mendalam

Lagu “Bubuy Bulan” menggunakan citraan alam, benda langit, dan lingkungan sehari-hari untuk menyampaikan perasaan pribadi.

Perumpamaan Benda Langit: Kerinduan yang Ekstrem

Bubuy bulan-bubuy bulan sangray bentang. Panon poe-panon poe disasate.” (Panggang bulan-panggang bulan sangrai bintang. Matahari-matahari disate.)

Makna: Frasa hiperbola ini menggambarkan upaya yang sangat besar dan mustahil untuk melampiaskan atau melupakan kerinduan yang intens. Seolah-olah, saking besarnya rindu, segala sesuatu yang ada di langit, bulan, bintang, bahkan matahari, ikut “diolah” atau dikorbankan. Ini melambangkan usaha keras, bahkan tak masuk akal, yang dilakukan oleh hati yang sedang dilanda rindu.

Unggal bulan-unggal bulan abdi teang. Unggal poe-unggal poe oge hade.” (Setiap bulan-setiap bulan saya cari. Setiap hari-setiap hari juga boleh.)

Makna: Ini adalah harapan si perindu. Ia berharap bisa mencari dan bertemu kekasihnya sesering mungkin, bahkan jika itu hanya sebulan sekali. Namun, jika diberi kesempatan, bertemu setiap hari tentu jauh lebih baik. Ini menunjukkan harapan yang realistis dan keinginan tulus untuk segera bertemu.

2. Metafora Alam: Kesulitan Meraih Cinta

Situ Ciburuy laukna hese dipancing. Nyeredet hate ningali ngeplak caina.” (Situ Ciburuy ikannya susah dipancing. Bergetar hati melihat jernih airnya.)

  • Makna: Bagian ini menggunakan Situ Ciburuy (danau yang populer) sebagai metafora. Ikan di danau yang susah dipancing sering diinterpretasikan sebagai cinta yang susah didapatkan atau kekasih yang sulit diraih/ditemui.
  • Filosofi: Meskipun pemandangan danau jernih (ngeplak caina) begitu indah (melambangkan pesona sang kekasih), usaha untuk “memancing” (mendapatkan hati) terasa sia-sia dan sulit.
0 Komentar