SUMEDANG EKSPRES – Lagu “Sumedang Kota Kameumeut” (Kadang juga disebut “Sumedang Kota Kamelang” atau “Sumedang Kota Kenangan/Cinta”) adalah salah satu lagu daerah Jawa Barat yang secara khusus didedikasikan untuk Kabupaten Sumedang.
Lagu ini bukan sekadar melodi indah, melainkan sebuah puisi liris yang menyimpan rasa cinta, kerinduan, dan janji bakti pada tanah kelahiran.
Lagu ini sering dibawakan dalam acara kesenian di Sumedang dan menjadi simbol identitas masyarakatnya.
Baca Juga:Rahasia Belerang pada Bedak Marcks: Mengapa Sulfur Begitu Populer untuk Perawatan Kulit?5 Rekomendasi Obat Lambung Selain Antasida: Pilihan Efektif untuk Atasi Masalah Lambung
Secara umum, makna utama lagu ini terbagi menjadi tiga pilar: ungkapan perpisahan yang sedih, keindahan alam yang memikat, dan janji kesetiaan.
1. Ungkapan Perpisahan dan Kerinduan Mendalam
Bagian awal lirik lagu ini dengan jelas menggambarkan suasana hati yang berat dan penuh kesedihan karena harus berpisah atau pergi jauh dari Sumedang.
“Sungkan miang paturay kudu paanggang. Kota sumedang muntangan kadedeh melang.”
- Makna: Frasa ini berarti “Malas pergi, berpisah harus berjauhan. Kota Sumedang menggantungkan kenangan dan kecintaan yang mendalam (melang).”
- Filosofi: Lirik ini mencerminkan betapa kuatnya ikatan emosional penduduk Sumedang terhadap kotanya. Rasa sungkan (malas/enggan) untuk pergi menunjukkan kenyamanan dan ketenangan yang diberikan kota tersebut, sehingga perpisahan terasa menyakitkan. Bahkan, perpisahan ini membuat hati terasa “cinta yang tergantung” (kadedeh melang).
“Sureum tetep kaharep ku cipanon ngeumbeung. Naha enung sumoreang…”
- Makna: “Masa depan terasa kabur oleh air mata yang menggenang. Mengapa, Neng (panggilan sayang), engkau merasa ragu/sedih…”
- Filosofi: Perpisahan sering kali disertai ketidakpastian masa depan, namun kesedihan ini digambarkan secara puitis dengan air mata yang mengaburkan pandangan. Ini bisa diartikan sebagai perpisahan sepasang kekasih atau perpisahan seorang perantau dengan kotanya.
2. Panggilan Alam dan Simbol Kesetiaan
Lagu ini tidak lepas dari referensi geografis khas Sumedang, yaitu Gunung Tampomas dan Palasari.
“Duh… Tampomas ulah waswas. Piraku rek udar janji kakonci ku Palasari.”
- Makna: “Duhai… Tampomas (nama gunung), jangan khawatir. Mana mungkin akan melanggar janji yang sudah terkunci oleh Palasari (nama tempat/simbol).”
- Filosofi: Gunung Tampomas yang megah adalah landmark utama Sumedang. Menyebut Tampomas adalah cara untuk menegaskan keagungan dan keindahan Sumedang. Sementara Palasari (yang bisa merujuk pada Palasari, Cipanas, atau makna filosofis lain) dijadikan simbol pengunci janji. Ini adalah janji kesetiaan yang tak akan pernah dilanggar, seberat apa pun perpisahan itu. Gunung Tampomas dijadikan saksi bisu dan penjamin janji kesetiaan tersebut.
