Bukan Lagi Lautan dan Gunung sebagai PenghalangSecara harfiah, lirik lagu ini menggambarkan situasi LDR yang ekstrem:
“Boga kabogoh jauh, mentas laut leuweung gunung” (Punya pacar jauh, menyeberangi laut, hutan, dan gunung).
“Kuring di pulau Jawa, manehna pulau Sumatra” (Aku di pulau Jawa, dia di pulau Sumatera).
Baca Juga:Makna Lirik Lagu Manuk DadaliWujudkan Visi Budaya: Sumedang Gandeng Pihak Terkait untuk Membangun Kampung Budaya
Bait-bait ini dengan jelas melukiskan betapa besar jarak geografis yang memisahkan sepasang kekasih.
Di masa lalu, jarak sejauh ini adalah penghalang yang sangat nyata dan sulit ditaklukkan. Namun, Darso menawarkan perspektif yang berbeda dan sangat visioner pada masanya.
“Apel” Cukup Lewat Telepon dan SMSPesan utama dan daya tarik komedi dari lagu ini terletak pada solusi yang ditawarkan:
“Tapi apel teu bingung, cukup hallo na telepon” (Tapi berkencan tidak bingung, cukup ‘halo’ di telepon).
“Lamun malam mingguan, mojok via SMS-an” (Kalau malam mingguan, pacaran via SMS).
Di saat lagu ini populer, telepon dan SMS (layanan pesan singkat) adalah teknologi komunikasi modern yang merevolusi cara orang berinteraksi.
Darso dengan jenaka menunjukkan bahwa kecanggihan teknologi telah “memperpendek” jarak yang dibentangkan oleh lautan dan gunung.
Baca Juga:Stop Ragu! Ini 7 Manfaat Tersembunyi Cumi-Cumi yang Bikin Jantung dan Otak Anda Sehat OptimalJarang Diketahui! Ini 7 Manfaat Ilmiah Buah Matoa, Si Mungil Kaya Antioksidan
Malam mingguan yang idealnya dihabiskan berdua, kini bisa digantikan dengan “mojok” (berduaan) sambil saling berkirim SMS sebuah ritual percintaan yang sangat relevan dan terasa baru pada era tersebut.
Sebuah Komedi Sosial yang Insightful”Boga Kabogoh Jauh” adalah lagu komedi yang sekaligus sangat insightful (mendalam). Lagu ini merayakan:
Kemajuan Zaman: Liriknya mengakui bahwa “Jelema palinter, dunya beuki maju” (Orang-orang pintar, dunia semakin maju), yang memungkinkan hubungan tetap berjalan mulus meskipun berjauhan.
Solusi Pragmatis: Lagu ini memberikan semangat bahwa LDR bukanlah akhir segalanya. Selama ada sarana komunikasi, hubungan bisa terus dipelihara. Ini adalah optimisme khas Pop Sunda yang jujur dan apa adanya.
Representasi Budaya: Lagu ini menjadi representasi budaya Pop Sunda yang dekat dengan keseharian dan mampu mengemas isu serius (LDR) menjadi hiburan yang ringan dan menghibur.
Intinya: Lagu ini mengajarkan bahwa dalam cinta, bukan jarak fisik yang utama, melainkan koneksi yang tercipta melalui komunikasi.
