Makna Lagu Tradisional Sunda "Tokecang": Lagu Jenaka Anak Sunda yang Menyimpan Tamparan Keras Anti-Keserakahan

Makna Lagu Tradisional Sunda \"Tokecang\": Lagu Jenaka Anak Sunda yang Menyimpan Tamparan Keras Anti-Keserakahan
Makna Lagu Tradisional Sunda \"Tokecang\": Lagu Jenaka Anak Sunda yang Menyimpan Tamparan Keras Anti-Keserakahan - (Ilustrasi)
0 Komentar

  • Aya listrik di masigit meuni caang katingalna (Ada listrik di masjid, sangat terang terlihat)
  • Aya istri jangkung alit karangan dina pipina (Ada perempuan tinggi kecil, punya tahi lalat di pipinya)

Bagian ini sering diartikan sebagai sisipan pantun atau sindiran jenaka yang biasa ditemukan dalam lagu anak-anak.

Penyebutan “listrik di masjid” menunjukkan bahwa di masa lagu ini diciptakan, masjid adalah salah satu pusat komunitas yang pertama kali mendapatkan fasilitas modern (listrik), menjadikannya sangat mencolok dan terang di malam hari, sebuah metafora untuk sesuatu yang menarik perhatian.

Secara keseluruhan, “Tokecang” adalah warisan budaya yang tak lekang oleh waktu.

Baca Juga:Kementrian PKP Kunjungi Perum Blitz Cimalaka 2 SumedangPasokan Listrik Andal, PLN UP3 Sumedang Kawal Agenda Pemerintahan Di IPDN Jatinangor

Dengan melodi yang sederhana namun adiktif, lagu ini berhasil menanamkan nilai-nilai luhur Sunda, keramahtamahan, kebersamaan, dan anti-keserakahan—sejak dini, menjadikannya lebih dari sekadar lagu pengantar tidur, melainkan sebuah pelajaran hidup yang berharga.

0 Komentar