SUMEDANG EKSPRES – Lagu “Sabilulungan” adalah salah satu mahakarya musik Sunda yang paling ikonik, diciptakan oleh maestro karawitan Koko Koswara atau yang akrab disapa Mang Koko.
Namun, lagu ini lebih dari sekadar irama degung yang indah; ia adalah manifesto persatuan yang menjadi tulang punggung kearifan lokal masyarakat Sunda.
Keunikan “Sabilulungan” terletak pada kemampuannya merangkum seluruh filosofi gotong royong, tidak hanya sebagai tindakan fisik, tetapi sebagai ikatan batin yang tak terpisahkan.
1. Makna Literal: Melampaui Sekadar Gotong Royong
Baca Juga:Hilang Kendali, Elf Rombongan Ziarah Terguling di Wado Sebabkan 3 Orang Meninggal DuniaDigitalisasi Jadi Langkah Strategis Kementerian ATR/BPN Atasi Konflik Pertanahan
Secara harfiah, “Sabilulungan” dalam Bahasa Sunda berarti seiya, sejalan, sependapatan, dan selangkah.
Ini memang mencakup gotong royong dan kerja sama. Namun, bagi masyarakat Sunda, kata ini adalah payung besar yang menaungi empat pilar utama dalam berinteraksi sosial:
- Silih Asih: Saling mengasihi dan menyayangi.
- Silih Asah: Saling menajamkan pikiran (mencerdaskan/berbagi ilmu).
- Silih Asuh: Saling membimbing dan menjaga (memberikan teladan).
- Silih Rojong: Saling mendukung dan membantu.
Ketika keempat pilar ini diamalkan, maka terciptalah Sabilulungan sejati—sebuah masyarakat yang tidak hanya bekerja bersama, tetapi juga hidup rukun (hirup sauyunan) dan saling menguatkan.
2. Metafora Paling Kuat: ‘Genteng Ulah Potong’
Bagian lirik yang paling unik dan filosofis dalam lagu ini adalah:
Sabilulungan, genténg ulah potong.
(Kerja sama, walau genting jangan sampai patah.)
Frasa ini menyimpan makna ketahanan sosial yang luar biasa:
- “Genténg” secara harfiah berarti sesuatu yang gawat atau darurat. Dalam konteks sosial, ini merujuk pada kondisi krisis, perselisihan, atau perbedaan pendapat yang sangat tajam.
- “Ulah Potong” berarti jangan sampai terputus atau tercerai-berai.
Makna mendalamnya adalah: Persatuan dan kerja sama sejati diuji bukan saat senang, melainkan saat berada dalam situasi “genting.”
Lagu ini menanamkan etos bahwa bahkan di tengah perbedaan pandangan (pasalingsingan) atau cobaan berat, tali persaudaraan dan gotong royong harus tetap kukuh dan tidak boleh dipatahkan.
3. Visi Akhir: Menuju Negeri yang ‘Nanjung’
Lagu ini tidak hanya berbicara tentang proses (gotong royong), tetapi juga tentang hasil akhirnya. Lirik penutup memberikan gambaran ideal tentang masyarakat yang berhasil menerapkan prinsip Sabilulungan :
