Dalam kasus ini, IS sebagai sang kakak sekaligus sopir, tampaknya memegang kendali.
Ia mengatur laju truk, menyiapkan alat, dan menentukan kapan berhenti. M, sang adik yang masih muda, mengikuti langkahnya.
Relasi semacam ini lazim dalam keluarga: satu pihak memimpin, yang lain mempercayai.
Baca Juga:12 Ribu Dapet 3.000 Koin? Ini Cara Top Up Koin TikTok Murah Resmi dan AmanCara Top Up Koin TikTok DANA Murah 2025: Praktis, Aman, dan Banyak Bonusnya!
Namun dalam konteks kriminal, dinamika itu berubah menjadi beban yang sama beratnya.
Si kakak mungkin merasa bertanggung jawab atas keputusan yang diambil, sementara si adik tak sempat menolak atau bahkan berpikir panjang.
Ironinya, kerja sama yang semestinya menjadi kekuatan keluarga justru menjadi jalan menuju kehancuran bersama.
Mereka tak berselisih, tak berkhianat, tapi justru kompak dalam kesalahan.
Kini, truk yang dulunya menjadi sumber nafkah berubah menjadi barang bukti.
Delapan batang besi yang mereka lepas dari tepi jalan menjadi bukti kecil dari kejatuhan besar.
Dan dua nama, yang mungkin dulu dikenal sebagai pekerja keras, kini tercatat di berkas perkara sebagai pelaku pencurian dengan pemberatan.
Kasus kakak beradik IS dan M mengingatkan bahwa kejahatan sering kali tak muncul dari niat jahat semata, tapi dari serangkaian keputusan kecil satu ajakan, satu persetujuan, satu tindakan yang dilakukan bersama.
Baca Juga:NekoPoi APK Kucing (Versi Terbaru) V2.5.4.5: Aplikasi Anime yang Viral tapi Sarat KontroversiCara Mengaktifkan Promo Top Up Weekly Diamond ML di GoPay, Dapatkan Top Up Mobile Legend Gratis dengan Mudah!
Di jalan tol yang seharusnya melambangkan kemajuan dan konektivitas, dua orang saudara justru kehilangan arah, terhubung bukan oleh cinta keluarga, melainkan oleh dosa yang mereka bagi berdua.***