SUMEDANG EKSPRES, SEJARAH – Di tengah hiruk pikuk gawai dan dominasi permainan digital, gemuruh tawa dan keriuhan kaulinan barudak Sunda (permainan anak Sunda) perlahan meredup.
Permainan-permainan tradisional ini bukan sekadar hiburan, melainkan warisan budaya tak benda yang kaya akan nilai moral, kekompakan sosial, dan keterampilan fisik.
Permainan yang umumnya dimainkan di halaman, sawah, atau di bawah bulan purnama ini kini semakin sulit ditemukan. Berikut adalah 5 permainan anak Sunda yang keberadaannya kian tergerus oleh zaman:
1. Perepet Jengkol
Baca Juga:Warisan yang Tergenang, 5 Tempat Bersejarah di Sumedang yang Mulai MenghilangPisah Sambut dan Serah Terima Jabatan, Era Baru Kepemimpinan Biro Humas dan Protokol
Permainan ini adalah simbol dari kekompakan dan keseimbangan. Cara memainkan permainnan ini cukup mudah, para pemain diharuskan membuat kelompok yang terbentuk dari tiga atau empat orang pemain.
Biasanya para pemain akan berdiri melingkar sambil saling berpegangan tangan menghadap ke belakang. Setiap pemain kemudian mengangkat kaki kanannya dan mengaitkannya pada betis pemain di sebelahnya, sehingga kaki mereka saling menindih dan terkunci.
Sambil bernyanyi lagu “Perepet Jengkol,” mereka berputar dan berusaha menjaga keseimbangan agar tidak terjatuh.
Permainan ini melatih keseimbangan fisik, koordinasi, dan kerjasama tim. Kegagalan berarti semua pemain jatuh, mengajarkan bahwa kesalahan satu orang berdampak pada seluruh kelompok.
2. Oray-Orayan (Ular-Ularan)
Permainan yang memadukan lagu dan gerak ini sangat populer di masa lalu. Permainan yang satu ini biasanya dimainkan oleh banyak anak.
Dua anak yang paling besar berperan sebagai “gerbang” (biasanya dinamai Bulan dan Bintang) dengan saling berpegangan tangan di atas kepala. Anak-anak lainnya berbaris memanjang sambil memegang pundak teman di depannya, membentuk badan ular.
Mereka berjalan meliuk-liuk sambil menyanyikan lagu “Oray-orayan…” hingga lagu selesai, di mana gerbang akan menutup dan menangkap anak terakhir yang melewatinya. Anak yang tertangkap kemudian memilih masuk kelompok Bulan atau Bintang, dan pada akhirnya, kedua kelompok adu kekuatan seperti tarik tambang.
Baca Juga:Sakit Hati karena Sering di Bully, Santri Ini Sampai Nekat Bakar PesantrenDari App Store hingga Swift Student Challenge: Peran Apple UK dalam Mendorong Ekosistem Pengembang Lokal
Mengajarkan kerjasama kelompok, kecekatan, dan ketaatan pada aturan, sambil melatih keterampilan motorik kasar.
3. Sasalimpetan
Permainan yang mengandalkan fleksibilitas dan ketangkasan ini juga ditemani nyanyian.
Dalam permainan ini biasanya sekelompok anak akan berpegangan tangan melingkar. Sambil menyanyikan lagu khasnya (“Sasalimpetan jajahan aing nu panjang…”), mereka secara bergantian merunduk dan melewati ruang di bawah tangan temannya tanpa melepaskan pegangan. Gerakan ini membuat rantai pemain berputar dan membentuk spiral yang unik dan rumit.
