SUMEDANGEKSPRES – Di balik geliat pembangunan jalan tol Cisumdawu, dan maraknya investasi baru di Kabupaten Sumedang, tersimpan satu pekerjaan rumah besar: pengangguran.
Data terbaru Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, hingga 2025, jumlah pengangguran terbuka di Kabupaten Sumedang mencapai 39.818 orang, dari total lebih dari 600 ribu angkatan kerja.
Tentunya, angka ini menjadi sinyal kuat bahwa tantangan ekonomi pascapandemi dan perubahan struktur industri tengah menguji daya tahan tenaga kerja lokal.
Baca Juga:Ketika Alam, Kuliner, dan Gaya Hidup Bertemu di Mountain Dew SumedangCara Konten Facebook Pro FYP dan Menghasilkan Uang: Strategi Viral, Aman, dan Efektif untuk Kreator Pemula
Sumedang sejak lama dikenal sebagai wilayah penyangga industri tekstil Bandung Raya. Ratusan pabrik berdiri di kawasan barat seperti Rancaekek, Jatinangor, Cimanggung,–menjadi tumpuan hidup puluhan ribu keluarga. Namun, arus perubahan global tak bisa dihindari. Satu demi satu perusahaan tekstil mulai mengurangi kapasitas produksinya.
“Salah satu perusahaan besar yang dulu mempekerjakan hingga 35 ribu orang, kini tinggal sekitar 22 ribu. Otomatis peluang kerja di sektor itu menyempit,” ujar Bambang Setiawan, Kepala Bidang Penempatan dan Perluasan Kesempatan Kerja Disnakertrans Kabupaten Sumedang, baru-baru ini.
Bambang tak menampik, struktur lapangan kerja di Sumedang kini sedang bergeser. Sektor tekstil yang dulu menjadi magnet utama lapangan kerja, kini mulai kehilangan pesona. Sebaliknya, peluang baru muncul di sektor keuangan, layanan digital, dan pembiayaan nonbank.
“Peluang kerja mulai tumbuh di sektor pembiayaan dan perbankan, seperti BTPN Syariah, Adira Finance, dan FIF Group. Tapi minat masyarakat terhadap bidang tersebut masih rendah karena keterampilan nonteknis mereka belum siap,” katanya.
Menjawab perubahan itu, Disnakertrans Sumedang kini mulai menggeser pendekatan penanggulangan pengangguran.
Bukan lagi sekadar menyalurkan tenaga kerja, tetapi membangun sistem berbasis data dan kebutuhan industri.
“Kami sedang bertransformasi dari pola lama yang reaktif menjadi sistem berbasis data. Kami ingin tahu siapa pencari kerja, dari mana asalnya, latar belakang pendidikannya, serta bidang apa yang sesuai dengan pasar kerja,” kata Bambang.
Baca Juga:Cara FYP dan Membuat FB Pro Menghasilkan Uang Sebanyak Mungkin untuk Pemula5 Cara Bikin Konten FYP di Facebook Dapat Uang untuk Pemula
Langkah konkret mulai terlihat. Hingga Oktober 2025, tercatat lebih dari 5.000 pencari kerja telah terdaftar melalui aplikasi Siap Kerja, platform digital yang dikembangkan Disnakertrans. Data tersebut akan menjadi bahan penyusunan program pelatihan yang lebih presisi di Balai Latihan Kerja (BLK).
