SUMEDANG EKSPRES, KESENIAN – Sisindiran merupakan sebuah bentuk puisi tradisional Sunda, telah hidup dan berkembang selama berabad-abad dalam kehidupan masyarakat Sunda.
Sisindiran bukan sekadar pantun dalam pengertian umum bahasa Indonesia, melainkan tradisi lisan yang memiliki ciri, fungsi, dan sejarah yang unik.
Asal Kata dan Makna Sisindiran
Secara etimologi, kata Sisindiran berasal dari kata dasar sindir, yang berarti ucapan atau perkataan yang dialihkan, tidak secara langsung (terus terang).
Baca Juga:SMPN 6 Sumedang Dukung Program Gubernur JabarSMPN 9 Sumedang Jalankan Program Panca Waluya
Sesuai dengan makna dasarnya, sisindiran adalah seni merangkai bahasa untuk menyampaikan maksud yang tidak lugas, tetapi dibungkus dengan keindahan purwakanti (persamaan bunyi) dan irama.
Sisindiran dalam Catatan Sejarah
Meskipun tergolong sastra lisan, bukti sejarah menunjukkan bahwa sisindiran telah ada sejak masa lampau.
1. Naskah Kuno Sanghyang Siksa Kandang Karesian
Salah satu catatan tertua mengenai keberadaan sisindiran ditemukan dalam naskah kuno Sanghyang Siksa Kandang Karesian, yang selesai ditulis pada tahun 1518 Masehi.
Dalam naskah ini, sisindiran disebutkan termasuk dalam kelompok kawih (seni suara/nyanyian), bukan hanya kelompok sastra.
Ini membuktikan bahwa sisindiran telah dikenal dan digunakan secara ekstensif oleh masyarakat Sunda sejak sebelum abad ke-17.
2. Hubungan dengan Pantun Sunda
Sisindiran sering disamakan atau disebut juga sebagai Pantun Sunda.
Pantun Sunda, dalam pengertian lain, adalah seni bertutur yang biasanya menggunakan sisindiran untuk menyampaikan cerita rakyat atau kisah para pahlawan sambil diiringi kecapi.
Naskah-naskah pantun kuno juga mencatat adanya bentuk seni ini.
3. Perkembangan dalam Sastra Tulisan
Meskipun dasarnya sisindiran adalah tradisi lisan, dalam perkembangannya, ada juga tokoh Sunda yang sengaja menuliskannya.
Baca Juga:Manfaat Aplikasi Cici untuk Tugas dan Pembelajaran Anak5 Permainan Anak Sunda yang Terancam Punah
Contohnya adalah sisindiran karya Haji Hasan Mustapa yang menunjukkan bahwa sisindiran juga berkembang dalam bentuk sastra tertulis.
Bentuk dan Tujuan Sisindiran
Sisindiran memiliki struktur yang mandiri, terdiri dari dua bagian:
- Cangkang (Sampiran): Bagian awal yang biasanya berupa gambaran alam atau hal lain yang berfungsi mengantar pada purwakanti (persamaan bunyi) pada bagian isi.
- Eusi (Isi): Bagian yang mengandung maksud atau amanat yang ingin disampaikan.
Berdasarkan bentuk dan cara penyampaiannya, sisindiran terbagi menjadi tiga jenis utama:
