SUMEDANG EKSPRES, KESENIAN – Kawih menjadi salah satu dari banyaknya kesenian tradisional asal Sunda yang hingga sampai saat ini masih terjaga keasriannya.
Dikenal secara luas sebagai “lagu Sunda,” Kawih adalah bentuk puisi yang liriknya ditulis secara bebas (rumpaka bebas), namun memiliki keterikatan yang sangat kuat pada aspek musik.
Kawih digolongkan sebagai Sekar Tandak, yang berarti lagu dengan irama dan ketukan (wiletan dan tempo) yang stabil atau tetap.
Baca Juga:Perbedaan Mendasar antara Kawih, Pupuh, dan SisindiranTutup Latsar Gelombang 1 Tahun 2025, Sekjen Kementerian ATR/BPN Beri 3 Pesan untuk Pedoman CPNS dalam Bertugas
Struktur inilah yang menjadi pembeda utama Kawih, menjadikannya cikal bakal dan fondasi bagi lagu-lagu Sunda populer yang berkembang hingga era modern.
Berikut adalah 5 fakta menarik tentang Kawih yang mungkin belum banyak diketahui:
1, Kawih Adalah “Sekar Tandak” Lagu dengan Irama Tetap
Salah satu fakta paling mendasar tentang Kawih adalah bahwa ia tergolong sebagai Sekar Tandak (nyanyian berirama tetap/ajeg).
Berbeda dengan Tembang (yang melantunkan Pupuh dan termasuk Sekar Irama Merdeka atau irama bebas), Kawih diikat oleh dua unsur musikal yang tetap:
- Wiletan: Pola birama atau ketukan yang ajeg (misalnya 4/4 atau 2/4).
- Tempo: Kecepatan lagu yang cenderung stabil.
Keterikatan pada irama inilah yang membuat Kawih menjadi bentuk lagu yang paling dekat dengan lagu-lagu populer modern, memudahkannya untuk diiringi berbagai alat musik dengan pola yang teratur.
2. Istilah Kawih Sudah Ada Sejak Abad ke-16
Istilah “Kawih” bukanlah penemuan baru. Keberadaan kata ini sebagai rujukan pada seni suara Sunda kuno sudah tercatat dalam naskah kuno Sanghyang Siksakandang Karesian (SSKK), yang diperkirakan ditulis pada tahun 1518 Masehi.
Dalam naskah tersebut, Kawih disebut-sebut dan dianggap sebagai nenek moyang dari semua nyanyian Sunda.
Baca Juga:Jaga Kedaulatan Negara, Irjen Bangun Rasa Kebanggaan CPNS Kementerian ATR/BPNKolaborasi GTRA di Majalengka, Hasilkan 1.641 Bidang Tanah Bersertifikat
Fakta ini menunjukkan bahwa tradisi menyanyi yang terstruktur sudah mengakar kuat di masyarakat Sunda jauh sebelum era modern. Kata Kawih sendiri diperkirakan berasal dari kata Sanskerta kavy (dibaca: kawi) yang berarti syair.
3. Liriknya Sangat Bebas, Penuh Nilai Pendidikan
Meskipun terikat pada irama, Kawih justru dikenal karena kebebasan pada bagian lirik atau Rumpaka-nya. Rumpaka Kawih tidak terikat oleh guru lagu dan guru wilangan seperti pada Pupuh.
