5 Fakta Menarik tentang Pupuh yang Belum Kamu Ketahui

5 Fakta Menarik tentang Pupuh yang Belum Kamu Ketahui
5 Fakta Menarik tentang Pupuh yang Belum Kamu Ketahui - (Ilustrasi)
0 Komentar

SUMEDANG EKSPRES, KESENIAN – Pupuh adalah salah satu warisan sastra Sunda yang paling kaya dan kompleks.

Berbeda dengan Kawih yang berirama bebas, Pupuh dikenal karena aturan-aturan ketat yang mengikatnya.

Lebih dari sekadar lagu, Pupuh adalah struktur tembang yang merekam nilai-nilai moral, sejarah, dan filosofi kehidupan masyarakat Sunda.

Baca Juga:5 Fakta Menarik tentang Kawih yang Belum Kamu Ketahui: Lagu Bebas Berirama Tetap dari Tanah PasundanPerbedaan Mendasar antara Kawih, Pupuh, dan Sisindiran

Berikut adalah 5 fakta menarik tentang Pupuh yang mungkin belum banyak Anda ketahui:

1. Selalu Ada Tepat 17 Jenis Pupuh, Tidak Kurang dan Tidak Lebih

Fakta yang paling fundamental dan menarik adalah bahwa jumlah Pupuh dalam tradisi Sunda (dan Jawa, yang menyebutnya Macapat) secara baku berjumlah 17 jenis. Jumlah ini tidak pernah bertambah atau berkurang.

Ketujuh belas pupuh ini terbagi menjadi dua kelompok besar, yang masing-masing memiliki peran berbeda:

  • Sekar Ageung (Pupuh Besar): Berjumlah 11 jenis. Jenis ini memiliki watak atau karakter (tema) yang tegas dan sering digunakan dalam penulisan cerita panjang atau Wawacan (sejenis epik).
  • Sekar Alit (Pupuh Kecil): Berjumlah 6 jenis. Jenis ini biasanya lebih lembut dan sering digunakan dalam tembang untuk acara yang lebih santai.

2. Setiap Pupuh Memiliki Watak Emosi yang Khas

Setiap dari 17 jenis Pupuh terikat pada aturan Guru Lagu (persamaan vokal akhir) dan Guru Wilangan (jumlah suku kata) yang unik. Namun, ikatan ini tidak hanya mengatur struktur, melainkan juga menentukan watak atau tema emosional yang harus diusung oleh Pupuh tersebut.

Sebagai contoh:

  • Pupuh Kinanti: Wataknya adalah menunggu dan bimbingan, sering digunakan untuk menasihati anak atau menggambarkan penantian.
  • Pupuh Asmarandana: Wataknya adalah cinta atau kasih sayang, menggambarkan rasa rindu dan hati yang gundah.
  • Pupuh Dangdanggula: Wataknya adalah kegembiraan dan kemuliaan, paling serbaguna untuk menggambarkan berbagai keadaan bahagia.

Penyair harus memilih Pupuh yang wataknya sesuai dengan adegan atau pesan yang ingin disampaikan dalam karyanya.

3. Pupuh Adalah “Sekar Irama Merdeka”

Berlawanan dengan Kawih yang merupakan Sekar Tandak (irama tetap), Pupuh tergolong Sekar Irama Merdeka (nyanyian irama bebas), atau dikenal juga sebagai Tembang.

Baca Juga:Tutup Latsar Gelombang 1 Tahun 2025, Sekjen Kementerian ATR/BPN Beri 3 Pesan untuk Pedoman CPNS dalam BertugasJaga Kedaulatan Negara, Irjen Bangun Rasa Kebanggaan CPNS Kementerian ATR/BPN

Saat melantunkan Pupuh, melodi dan ritme vokalnya sangat bebas dan fleksibel, tidak terikat oleh ketukan musik yang ajeg.

0 Komentar