4. Pola Struktur yang Sangat Terikat (Mirip Pupuh, tapi Beda Fungsi)
Meskipun disebut sebagai puisi rakyat, Sisindiran adalah karya sastra bentuk terikat (seperti Pupuh, bukan Kawih yang bebas). Sisindiran terikat pada:
- Jumlah Baris: Umumnya 4 baris, terdiri dari 2 baris Cangkang dan 2 baris Eusi (kecuali Wawangsalan yang hanya 2 baris).
- Jumlah Suku Kata (Engang): Setiap baris harus terdiri dari 8 suku kata.Pola Rima: Umumnya menggunakan pola silang a-b-a-b, yang membuat Sisindiran enak didengar dan mudah diingat.
Keterikatan inilah yang membatasi kepuitisan Sisindiran pada rima dan irama, bukan pada diksi dan imajinasi bebas seperti puisi modern.
5. Digunakan dalam Acara Formal hingga Pementasan Drama
Sisindiran bukan hanya diucapkan saat bersantai. Tradisi lisan ini memiliki peran penting dalam berbagai acara formal dan seni pertunjukan:
Baca Juga:5 Fakta Menarik tentang Pupuh yang Belum Kamu Ketahui5 Fakta Menarik tentang Kawih yang Belum Kamu Ketahui: Lagu Bebas Berirama Tetap dari Tanah Pasundan
- Upacara Adat: Sisindiran sering digunakan dalam prosesi melamar (sawér) atau upacara perkawinan, di mana kedua belah pihak keluarga saling berbalas pantun (tempas sindir) yang berisi sindiran jenaka dan nasihat.
- Seni Pertunjukan: Sisindiran sering disisipkan dalam dialog drama tradisional atau pementasan wayang golek untuk menambah humor, mencairkan suasana, atau memberikan nasihat secara halus kepada penonton.
Sisindiran, dengan aturan yang terstruktur dan fleksibilitas isinya, membuktikan diri sebagai media yang efektif dalam merefleksikan nilai-nilai budaya dan etika berkomunikasi masyarakat Sunda.
