SUMEDANG EKSPRES, KESENIAN – Memepelajari sastra dan kesenian Sunda memang perlu di turunkan dari generasi ke generasi agar keseninan tidak menghilang begitu saja.
Sastra Sunda sendiri begitu kaya akan ragam bentuk puisi tradisional, yang seringkali membuat bingung bagi pemula.
Tiga bentuk yang paling populer dan memiliki karakteristik unik adalah Kawih, Pupuh, dan Sisindiran.
Baca Juga:Tutup Latsar Gelombang 1 Tahun 2025, Sekjen Kementerian ATR/BPN Beri 3 Pesan untuk Pedoman CPNS dalam BertugasJaga Kedaulatan Negara, Irjen Bangun Rasa Kebanggaan CPNS Kementerian ATR/BPN
Memahami perbedaan mendasar di antara ketiganya adalah kunci untuk mengapresiasi keindahan dan aturan dalam karya seni Sunda.
1. Kawih: Lagu Bebas dengan Irama Tetap
Secara sederhana, Kawih dapat diartikan sebagai lagu Sunda. Ini adalah bentuk puisi yang paling bebas dibandingkan dua saudaranya.
- Rumpaka Bebas: Lirik atau rumpaka kawih ditulis dalam bentuk puisi bebas. Tidak ada kewajiban untuk mengikuti jumlah baris, suku kata, atau pola rima tertentu. Pengarang memiliki keleluasaan penuh dalam menyusun kata-kata.
- Terikat Irama: Meskipun rumpaka-nya bebas, kawih sangat terikat oleh aspek musikal, yaitu wiletan (birama) dan tempo (ketukan) yang harus ajeg (tetap). Inilah mengapa kawih sering disebut sekar tandak (lagu yang memiliki irama tetap).
- Contoh Populer: “Bubuy Bulan,” “Karanganyar,” dan “Manuk Dadali” adalah contoh kawih yang sangat dikenal.
Kawih merupakan bentuk yang paling adaptif dan sering digunakan dalam kontesa lagu populer atau modern Sunda.
2. Pupuh: Puisi Terikat dengan Watak Khas
Pupuh adalah bentuk puisi tradisional Sunda yang paling ketat aturannya, menyerupai tembang. Keterikatan ini menjadikan pupuh sebagai karya yang sangat terstruktur dan filosofis.
Aturan Kunci Pupuh
Pupuh wajib mengikuti dua aturan utama:
- Guru Wilangan: Menentukan jumlah suku kata (engang) dalam setiap baris (padalisan).
- Guru Lagu: Menentukan vokal akhir yang harus sama pada setiap baris (padalisan).
Jenis dan Watak
Dalam Sastra Sunda, terdapat 17 jenis pupuh, dan setiap jenis tidak hanya memiliki aturan guru wilangan dan guru lagu yang unik, tetapi juga membawa watak (karakter/tema) yang berbeda.
| Jenis Pupuh | Watak (Tema) | Contoh Aturan (Guru Wilangan & Lagu) |
| Asmarandana | Kasih sayang, asmara, sedih. | 8i, 8a, 8é/o, 8a, 7a, 8u, 8a |
| Kinanti | Menanti, prihatin, bimbingan. | 8u, 8i, 8a, 8i, 8a, 8i |
