Perbedaan Mendasar antara Kawih, Pupuh, dan Sisindiran

Perbedaan Mendasar antara Kawih, Pupuh, dan Sisindiran
Perbedaan Mendasar antara Kawih, Pupuh, dan Sisindiran - (Ilustrasi)
0 Komentar

Pupuh dilantunkan dalam bentuk tembang (melodi bebas) yang seringkali tidak terikat pada ketukan musik yang ajeg.

3. Sisindiran: Seni Menyindir ala Pantun Sunda

Sisindiran adalah bentuk puisi yang menggunakan bahasa tidak langsung (nyindir) untuk menyampaikan maksud. Bentuknya sangat mirip dengan pantun Melayu dan terbagi menjadi dua bagian yang berima.

Struktur Wajib

Sisindiran harus terdiri dari dua bagian utama dengan pola sajak yang terikat (umumnya a-b-a-b atau a-a-a-a):

Baca Juga:Tutup Latsar Gelombang 1 Tahun 2025, Sekjen Kementerian ATR/BPN Beri 3 Pesan untuk Pedoman CPNS dalam BertugasJaga Kedaulatan Negara, Irjen Bangun Rasa Kebanggaan CPNS Kementerian ATR/BPN

  • Cangkang (Sampiran): Dua baris awal yang berfungsi sebagai pengantar rima. Isinya seringkali berupa gambaran alam atau hal-hal lain yang tidak berkaitan langsung dengan maksud.
  • Eusi (Isi): Dua baris akhir yang merupakan maksud, pesan, atau nasihat yang ingin disampaikan.

Jenis-Jenis Sisindiran

Sisindiran diklasifikasikan menjadi tiga jenis utama:

  • Paparikan: Cangkang dan eusi memiliki persamaan bunyi pada suku kata awal atau tengah.
  • Rarakitan: Terdapat pengulangan kata yang sama pada awal baris cangkang dan awal baris eusi.
  • Wawangsalan: Sisindiran yang hanya terdiri dari dua baris dan mengandung teka-teki.

Dengan demikian, meskipun Kawih, Pupuh, dan Sisindiran sama-sama merupakan mahakarya lisan Sunda, mereka memiliki tempat dan aturan yang unik dalam kekayaan tradisi sastra Pasundan.

0 Komentar