SUMEDANGEKSPRES – Di balik hamparan pegunungan dan lembah di timur laut Bandung, daerah ini berdiri bukan hanya sebagai kecamatan biasa. Wilayah ini menyimpan riwayat panjang yang menempatkannya sebagai salah satu poros penting di masa lalu. Kini menjadi bagian dari Kabupaten Sumedang.
TANJUNGSARI pernah menjadi pusat pemerintahan yang dikenal dengan nama Kabupaten Parakanmuncang. Sebuah nama yang nyaris hilang dari peta administratif. Namun kini tetap hidup dalam ingatan sejarah.
Bentang alam Tanjungsari menyatu dengan wilayah-wilayah strategis lainnya: Jatinangor di barat daya, Cimanggung di selatan, Pamulihan di timur, dan Sukasari di barat laut.
Baca Juga:Eksekusi Cepat APBD Sumedang Dorong Pertumbuhan Ekonomi dan Kesejahteraan MasyarakatPesantren di Sumedang Dapat Fasilitas PBG Gratis, Bupati Dony Dorong Optimalisasi Peran Ponpes
Bahkan, sebelum pemekaran wilayah terjadi, Tanjungsari membawahi daerah-daerah yang kini telah menjadi kecamatan tersendiri termasuk Cikeruh (kini Jatinangor), Cimanggung, Rancakalong, dan sebagian Pamulihan.
Saat itu, statusnya bukan sekadar kecamatan, melainkan Kewedanaan suatu bentuk pemerintahan setingkat koordinator kecamatan pada zaman Hindia Belanda.
Namun, catatan sejarah membawa kita lebih jauh ke abad ke-19, ke masa ketika Tanjungsari dan Cicalengka berdiri sejajar sebagai bagian dari wilayah yang dikenal dengan nama Kabupaten Parakanmuncang.
Berdasarkan berbagai sumber, termasuk arsip surat kabar dan dokumen di Koninklijke Bibliotheek Belanda, Kabupaten Parakanmuncang adalah satu entitas administratif resmi yang diakui oleh pemerintah kolonial hingga tahun 1811.
Di masa itu, Cicalengka bahkan disebut-sebut sebagai ibu kota pertama kabupaten tersebut, sebelum akhirnya dipindahkan ke Tanjungsari.
Peralihan kekuasaan dari Belanda ke Inggris pada masa Sir Thomas Stamford Raffles membawa perubahan besar. Raffles, yang menjabat sebagai Gubernur Jenderal di masa pendudukan Inggris, membubarkan Kabupaten Parakanmuncang dan menjadikan para bupati sebagai pegawai pemerintah kolonial.
Dalam catatan sejarah, disebutkan bahwa bekas Bupati Parakanmuncang kemudian dipindahkan menjadi Bupati Limbangan, yang kelak berkembang menjadi wilayah Garut.
Baca Juga:Kuota Haji Sumedang Anjlok Drastis, DPRD Desak Kemenag Tinjau Ulang Kebijakan 2026Bhabinkamtibmas Cimanggung Kawal Pembangunan TPT Desa Sawahdadap untuk Cegah Penyimpangan Dana Banprov
Suratkabar AID de Preangerbode tahun 1931 sempat mengulas ulang peristiwa ini, merujuk pada tulisan SA Reitsma dan WH Hoogland. Disebutkan bahwa pada 25 Mei 1810, di masa Gubernur Jenderal Herman Willem Daendels, terjadi pemindahan ibu kota Parakanmuncang ke wilayah Andawadak.
Saat itu pula, Kabupaten Bandung juga berpindah ibu kota dari Dayeuhkolot ke tepian Sungai Cikapundung, membentuk pola baru pemerintahan di wilayah Priangan.
