“Sidat punya nilai jual tinggi di luar negeri. Tapi tantangan kita besar—kerusakan habitat, pencemaran, hingga alih fungsi lahan membuat populasinya menurun,” kata Yudi.
Menurutnya, diperlukan kesadaran kolektif antara pemerintah, akademisi, pelaku usaha, dan masyarakat untuk menata ulang ekosistem Sidat agar keberlanjutan ekonomi dan konservasi bisa berjalan beriringan.
“Kurangnya pemahaman tentang Sidat sering kali membuatnya tak dianggap penting. Padahal, jika dikelola baik, ia bisa jadi komoditas unggulan maritim Indonesia,” ujarnya.
Baca Juga:Dewan Sumedang Adukan Pemangkasan Kuota Haji 2026 ke DPRD Jawa BaratPemkab Sumedang Siap Tawarkan Investasi Unggulan di West Java Investment Summit (WJIS) 2025
Kolaborasi Garuda di Lautku dan Unpad ini diharapkan menjadi langkah konkret menuju ekonomi biru yang berkelanjutan—menyatukan sains, konservasi, dan kesejahteraan masyarakat dalam satu arus besar menuju kemandirian maritim nasional.(red)
