Geoteater Rancakalong, Panggung Hidup yang Menjaga Napas Seni Budaya Kasumedang

Geoteater Rancakalong, Panggung Hidup yang Menjaga Napas Seni Budaya Kasumedang
Bupati Sumedang, Dony Ahmad Munir, mencoba memainkan alat musik gamelan di panggung Geotheater Rancakalong dalam acara gelaran Ekosistem Budaya Kasumedang, Sabtu (15/11) lalu.(istimewa)
0 Komentar

SUMEDANGEKSPRES – Geoteater Rancakalong bukan sekadar panggung. Ia adalah ruang hidup yang menjaga agar seni budaya Sumedang tidak hanya dikenang, tetapi terus dihidupi.

Angin tipis dari perbukitan Rancakalong mengalir pelan, membawa aroma tanah basah dan riuh tawa anak-anak yang tengah bermain kaulinan barudak di pelataran Geoteater. Di panggung terbuka berbentuk setengah lingkaran itu, suara Terbangan bertalu-talu, berpadu dengan denting lembut Tarawangsa yang menggema hingga ke barisan kursi penonton.

Gelaran Ekosistem Budaya Kasumedang, yang kembali digelar pada Sabtu (15/11) lalu, membuat kawasan Geoteater Rancakalong berubah menjadi ruang perjumpaan antara generasi tua dan muda, antara tradisi dan masa kini, antara pelestarian dan pembelajaran. Di sinilah seni bukan sekadar pertunjukan: ia menjadi napas yang menghidupkan identitas masyarakat.

Baca Juga:Rahasia Makeup 3 Menit: Base Riasan Praktis untuk Wanita Super SibukCara  Mengatur Akun Pembayaran di FB Pro Agar Monetisasi Lancar

Sejak diresmikan beberapa tahun lalu, Geoteater Rancakalong digadang-gadang sebagai pusat seni budaya di Kabupaten Sumedang. Namun baru dalam beberapa bulan terakhir semangat itu kembali menyala. Gelaran ini menjadi bukti bagaimana Geoteater tidak hanya berfungsi sebagai venue pertunjukan, tetapi juga sebagai ruang interaksi sosial dan pusat regenerasi pelaku seni.

Dari barisan kursi, tampak anak-anak muda memperhatikan setiap gerakan para seniman Tarawangsa, sementara di sisi lain, beberapa warga lanjut usia saling bercerita tentang masa kecil mereka saat gamelan dan Terbangan masih menjadi hiburan utama desa.

Bupati Sumedang, Dony Ahmad Munir, hadir langsung menyaksikan suasana yang begitu hidup itu. Ia tampak antusias ketika melihat kesenian tradisi tampil kembali di panggung yang berdiri di antara pepohonan dan kontur alam khas Rancakalong.

“Ini mewujudkan komitmen untuk menghidupkan Geoteater Rancakalong sebagai tempat belajar, pentas, dan mengamalkan seni dan budaya,” katanya.

Baginya, seni budaya memiliki fungsi yang lebih dalam: menuntun, membimbing, dan membentuk karakter. Itu sebabnya ia mengajak warga menjadikan Geoteater bukan hanya tempat menonton, tetapi tempat belajar dan mempraktikkan nilai-nilai budaya.

Keistimewaan Geoteater Rancakalong bukan hanya pada program seninya, tetapi juga pada settingnya. Panggung yang terbuka membuat suara gamelan menyatu dengan gemerisik bambu, dan langkah para penari seolah mendapat ruang tambahan dari hamparan alam sekitarnya.

0 Komentar