Pembibitan Kopi Lingga Sari Berhasil, Kopi Manglayang Jadi Kebanggaan Baru Petani Sumedang

Pembibitan Kopi Lingga Sari Berhasil, Kopi Manglayang Jadi Kebanggaan Baru Petani Sumedang
Upaya Kelompok Tani Linggasari di Desa Genteng, Kecamatan Sukasari, Kabupaten Sumedang, untuk mengembangkan pembibitan kopi mulai menunjukkan hasil.
0 Komentar

SUKASARI – Upaya Kelompok Tani Linggasari di Desa Genteng, Kecamatan Sukasari, Kabupaten Sumedang, untuk mengembangkan pembibitan kopi mulai menunjukkan hasil. Sejak tahun lalu, kelompok tani ini fokus mengelola pembibitan guna meningkatkan produksi sekaligus kualitas kopi lokal agar mampu bersaing di pasar lebih luas.

Lahan kopi berada di kawasan perbukitan Desa Genteng, dengan ketinggian 1.000–1.500 meter di atas permukaan laut. Wilayah ini dikenal cocok untuk tanaman kopi, selain selama ini dikenal sebagai sentra sayuran. Pengelolaan kopi di daerah tersebut kemudian menjadi perhatian serius para petani, terutama setelah pembibitan dimulai secara mandiri oleh Kelompok Tani Linggasari.

Perjalanan panjang untuk memajukan kopi Manglayang dirasakan langsung oleh Yusup Supriatna (47), Ketua Kelompok Tani Lingga Sari Kopi. Selama belasan tahun, ia merasakan pahit getir membangun kepercayaan petani terhadap kopi. Ia bahkan harus merogoh kocek pribadi agar petani mau menanam kopi. “Saya dulu sering ditertawakan. Katanya kalau tanam kopi, kapan mau makan, kopi kan baru bisa dipanen tiga tahun,” kenangnya.

Baca Juga:Jangan Iri, 568 Warga Desa Mekarjaya Terima Bantuan Pangan dari BapanasPemkab Sumedang Ajukan Penataan Jalan Nasional Jatinangor, Usulkan PJU, Trotoar & JPO

Namun perjuangan itu kini mulai berbuah manis. Toko milik Yusup di pinggir Jalan Tanjungsari-Genteng tidak hanya menjadi tempat warga membeli kebutuhan rumah tangga, tetapi juga menjadi basecamp petani kopi. Di bagian belakang toko, ia sering menjamu tamu hingga petani setempat. Rabu (13/8/2025) lalu, Yusup bahkan menerima perwakilan dari Starbucks Indonesia dan PT Sucafina Indonesia Coffee.

Tumpukan karung berisi green bean memenuhi ruangan. Aroma kopi khas Lingga Sari yang diseduh langsung oleh Yusup membuat tamunya tak ragu menambah pesanan. Kopi arabika yang ditanam di bawah pepohonan pinus di ketinggian hingga 1.200 mdpl kawasan Gunung Manglayang kini dikenal semakin luas. Kopi Lingga Sari bahkan telah dikirim ke Jakarta, Bali, hingga Papua. “Kadang ongkos kirimnya ke Papua lebih mahal dari harga kopinya,” ujar Yusup sembari tertawa.

Melalui jalur pemasaran dari Sucafina, kopi Manglayang berpotensi menembus pasar internasional. Kelompoknya kini dapat menyetor hingga 80 ton biji kopi basah setiap tahun ke perusahaan tersebut. Meski begitu, perjalanan mengangkat kopi Manglayang bukan perkara mudah. Setelah pemerintah membagikan bibit kopi pada 2013, banyak petani kala itu tidak melanjutkan perawatan karena belum terbiasa dengan tanaman kopi.

0 Komentar