Puskesmas Sukagalih Perkuat Edukasi dan Screening untuk Tekan Kasus TBC di Sumedang

Puskesmas Sukagalih Perkuat Edukasi dan Screening untuk Tekan Kasus TBC di Sumedang
Kepala Puskesmas Sukagalih, Ida Warlinda S Kep Ners, saat memaparkan program pengentasan penyakit TBC di wilayah kerja Puskesmas Sukagalih krpada Sumeks Rabu (3/12)
0 Komentar

SUMEDANG EKSPRES – Puskesmas Sukagalih terus memperkuat upaya penanggulangan penyakit Tuberkulosis (TBC) di wilayah kerjanya melalui serangkaian program edukasi, screening, dan pengobatan yang komprehensif. Hal tersebut disampaikan oleh Kepala Puskesmas Sukagalih, Ida Warlinda, S.Kep., Ners, dalam keterangannya terkait program pengentasan TBC, Rabu (3/12).

Menurut Ida, Puskesmas Sukagalih telah melakukan langkah proaktif melalui sosialisasi intensif kepada masyarakat mengenai bahaya TBC dan gejalanya. Ia menegaskan bahwa TBC tidak hanya menyerang paru-paru, tetapi juga dapat mengenai organ lain seperti tulang, kulit, otak, dan pencernaan.

“Pemahaman ini penting agar masyarakat tidak hanya menganggap TBC sebagai penyakit batuk biasa,” jelasnya.

Baca Juga:SMK Bina Harapan Sumedang dan Kadin Jalin Kerja Sama untuk Permudah PKL dan Rekrutmen Lulusan 2025Bupati Sumedang Tegaskan Moratorium Perumahan di Jatinangor–Cimanggung Demi Cegah Risiko Bencana

Sosialisasi dilakukan melalui berbagai media, mulai dari podcast, media sosial, materi flyer, hingga konseling langsung di Puskesmas, terutama kepada calon pengantin, ibu hamil, dan pasien HIV/AIDS. Setelah edukasi, Puskesmas melakukan screening massal melalui pemeriksaan dahak (BTA) dan layanan rontgen gratis pada masyarakat.

Dari hasil screening tersebut, ditemukan cukup banyak warga yang terindikasi TBC. Tantangan terbesar saat ini adalah kesadaran masyarakat untuk bersedia diperiksa dan menjalani pengobatan secara tuntas. Ida Warlinda mengingatkan bahwa pengobatan TBC memerlukan waktu minimal enam bulan dan dapat diperpanjang hingga sembilan bulan sesuai arahan dokter.

“Jika pengobatan dihentikan tanpa sepengetahuan tenaga kesehatan, risiko resistensi obat sangat tinggi,” ucapnya.

Puskesmas Sukagalih juga melakukan pelacakan kontak erat, termasuk keluarga dan tetangga pasien hingga minimal 20 orang untuk mencegah penularan berulang.

” Seluruh obat TBC disediakan secara gratis di Puskesmas, baik untuk peserta BPJS maupun non-BPJS, sesuai standar WHO,” ungkapnya

Ida Warlinda juga mengapresiasi dukungan lintas sektor, termasuk pemerintah desa melalui program Desa Siaga TBC yang menggunakan anggaran Dana Desa (DD) untuk kegiatan sosialisasi. Ia berharap kolaborasi ini memperkuat kesadaran masyarakat dalam memerangi penyakit TBC.

“Tanpa dukungan semua pihak, upaya pengentasan TBC tersebut tidak akan berhasil. Mari kita bersama – sama mencegah dan mengentaskan penyakit TBC dimasyarakat,” tutupnya . (ahm)

0 Komentar