Tahun Berganti, Tradisi Berlanjut: Ngaruwat Jagat dalam Ingatan Kolektif

Ritual Ngaruwat Jagat
MENAPAKI IRAMA: Tarian sakral dipersembahkan sebagai penghormatan pada leluhur dalam ritual Ngaruwat Jagat, 2019 lalu.(Foto: Perpus Digital Budaya)
0 Komentar

Bentuk kelapa yang bulat mengajarkan bahwa hidup harus dijalani dengan tekad bulat dan hati yang jernih.

Daun Kihanjuang: Nasihat tentang Masa Depan Daun tanaman kihanjuang dipilih bukan tanpa sebab. Ia membawa pesan kuno: “Teundeun dina handeuleum hieum, tunda dina hanjuang siang.” Artinya: hidup bukan hanya untuk hari ini; manusia harus selalu menyiapkan bekal untuk masa yang panjang.

Kihanjuang menjadi pengingat bahwa perjalanan manusia bukan hanya soal saat ini, tetapi masa depan yang harus dijaga.

Baca Juga:Ada yang Spesial di Malam Tahun Baru Bandung, Cakra Khan Siapkan IniHibriditas Budaya Bantengan Mberot di Malang

Dalam tradisi Sunda, pisang badot dikenal sebagai lambang “wedus” atau hewan kendaraan Ki Semar tokoh panakawan yang dihormati sebagai penjaga moral dan pelindung rakyat kecil.

Menghadirkan pisang badot berarti menghadirkan perlindungan, kebijaksanaan, dan kehadiran leluhur di tengah upacara.

Seekor kambing disiapkan untuk dikurbankan. Kurban ini bukan sekadar tradisi, tetapi bentuk penghormatan kepada alam dan ungkapan syukur atas limpah karunia. Dagingnya kemudian dibagikan dalam kebersamaan sebagai lambang saling menguatkan sesama.

Tidak ada Ngaruwat Jagat tanpa tumpeng. Nasi kuning berbentuk kerucut itu melambangkan gunung pusat kehidupan dalam kosmologi Sunda.

Gunung adalah tempat suci, tempat turunnya berkah, tempat manusia memohon keselamatan.

Kuningnya nasi menyimbolkan kemakmuran dan harapan bahwa tahun berikutnya akan memberi rezeki lebih baik.

Ngaruwat Jagat bukan hanya ritual tahunan; ia adalah identitas budaya yang menyatukan generasi, merawat alam, dan meneguhkan hubungan harmonis antara manusia dan yang ilahi.

Baca Juga:Laksa, Tarawangsa, dan Sembilan Utusan: Warisan Abad Lampau dari RancakalongMangu-Malu

Melalui tradisi ini, masyarakat menjaga pesan leluhur agar hidup tetap selaras, pikiran tetap jernih, dan kampung tetap menjadi ruang aman bagi semua warganya.

Dalam setiap denting doa dan sesaji yang diatur rapi, tersimpan keyakinan kuno bahwa selama Ngaruwat Jagat terus dilakukan, kampung akan tetap berada dalam lindungan dan keberkahan dari Yang Maha Kuasa dan para penjaga alam.(red)

0 Komentar