“Walaupun punya izin, kalau tidak punya dokumen-dokumen itu, mereka tetap tidak boleh beroperasi,” tegas Kepala ESDM Jabar, Bambang Tirtoyuliono.
Dari tambang yang aktif, 79 tambang bergerak dalam tahap produksi dan sebagian besar memasok kebutuhan material infrastruktur. Meski demikian, ESDM mengakui persoalan tambang ilegal masih menjadi pekerjaan berat, dengan 176 titik tambang ilegal tercatat di lapangan sepanjang 2024.
Kerusakan lingkungan tersebut berdampak langsung pada meningkatnya potensi bencana di Jawa Barat. Berdasarkan kajian BPBD Jabar, provinsi ini menghadapi 14 jenis bencana yang berpotensi terjadi dalam beberapa tahun ke depan.
Baca Juga:Opera SabunPasokan Air Baku ke Indramayu Terancam Dihentikan, Menhut SP3 PDAM Tirta Kamuning
Sebaran risikonya antara lain: banjir: 3 kabupaten dan 2 kota risiko tinggi, banjir bandang: 7 kabupaten dan 5 kota risiko tinggi, cuaca ekstrem: 16 kabupaten dan 9 kota risiko tinggi, tanah longsor: 1 kabupaten risiko tinggi, 17 kabupaten dan 6 kota risiko sedang, harhutla: 10 kabupaten risiko tinggi, gempa bumi: 4 kabupaten dan 4 kota risiko tinggi, tsunami: 4 kabupaten risiko tinggi
BPBD meminta seluruh daerah di Jabar memperbaharui kajian risiko bencana dan meningkatkan kapasitas mitigasi. “Peta risiko ini harus dijadikan dasar kebijakan, bukan sekadar dokumen,” ujar Hadi Rahmat, Pranata Humas Ahli Muda BPBD Jabar.
Sebagai bentuk antisipasi, Pemprov Jabar menyiapkan anggaran Rp200 miliar dari pos Belanja Tak Terduga (BTT), yang dapat digunakan untuk penanganan bencana maupun upaya mitigasi sebelum bencana terjadi.
Hutan yang gundul, alih fungsi lahan yang terus meluas, tambang yang tak terkendali, serta ancaman bencana yang meningkat menjadi alarm keras bagi Jawa Barat. Semua pihak—pemerintah, masyarakat, pelaku usaha—dituntut bergerak cepat dan sistematis. Tanpa perubahan signifikan, kerusakan ekologis akan semakin sulit dipulihkan dan risiko bencana akan terus bertambah panjang.
Ancaman Nyata Bagi Warga Hilir
TAMAN Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS) kembali berada di titik paling genting dalam sejarah konservasinya. Di tengah derasnya hujan akhir tahun dan ancaman bencana hidrometeorologi, aktivitas Pertambangan Emas Tanpa Izin (PETI) menjamur dan menembus kawasan inti yang menjadi hulu Daerah Aliran Sungai (DAS) strategis Jawa Barat dan Banten.
