Dalam versi final yang dirilis, Harrison Ford tampil sebagai sosok yang mengecam perusakan lingkungan, sementara potongan percakapan dengan Zulkifli Hasan digambarkan seolah dirinya adalah pihak yang patut disalahkan.
Bang Zul menyebut bahwa dirinya digambarkan sebagai “penjahat” dalam narasi film tersebut. Meski demikian, ia menegaskan bahwa hal itu adalah risiko seorang pejabat publik, terutama ketika menempati posisi strategis terkait pengelolaan lingkungan.
Respons Zulkifli Hasan
Alih-alih mempermasalahkan penggambaran tersebut, Zulkifli Hasan memilih untuk menanggapinya secara bijak.
Baca Juga:Rahasia Makeup Flawless, Natural, dan Tetap Sehat Seharian: B ERL Healthy Glaze CushionJerawat Meradang & Sakit Saat Disentuh? Ini Cara Menenangkannya
Menurutnya, apa yang terjadi di Taman Nasional Tesso Nilo memang memerlukan perhatian serius, dan kritik internasional – termasuk dari sosok sebesar Harrison Ford – bisa menjadi momentum untuk perbaikan tata kelola lingkungan di Indonesia.
Dalam acara tersebut, Bang Zul tidak menunjukkan sikap defensif. Ia justru mengakui bahwa situasi lapangan pada waktu itu memang kompleks dan tidak bisa dilihat dari satu sisi saja, seperti yang ditampilkan dalam film dokumenter Harrison Ford.
Terlepas dari pro-kontra narasi dokumenter Harrison Ford, kisah ini membuka ruang diskusi baru tentang cara media global menyorot isu lingkungan di Indonesia.
Di sisi lain, pengalaman Zulkifli Hasan menunjukkan bagaimana seorang pejabat publik harus siap menghadapi berbagai bentuk kritik, bahkan ketika muncul dari panggung internasional.***