SUMEDANGEKSPRES COM – Pandemi Covid-19 yang melanda hampir selama dua tahun terakhir membuat tempat hiburan malam terpaksa harus tutup. Hal itu berimbas kepada para Ladies Club (LC). Mereka harus memutar otak agar tetap mendapat penghasilan.
Para LC itupun terpaksa harus menawarkan jasanya lewat media sosial. Sebut saja salah satunya media sosial MiChat. Mereka sering memajang foto beserta tarif di akun sosial media MiChat tersebut.
Kebanyakan dari nama mereka di akun sosial media menggunakan nama samaran. Sehingga, hanya segelintir orang yang mengetahuinya.
Baca Juga:PPKMD, Pasar Inpres Sumedang Tetap Buka, Meskipun Dengan Risiko Penurunan OmzetPemerintah Kecamatan Harus Kerja Keras
Para LC tersebut menawarkan diri sendiri tidak menjual orang lain. Entah tidak ada yang mengkoordinir atau tidak.
Mereka bisa dipanggil ke rumah atau hotel. Bahkan, mereka menyediakan tempat sendiri berupa kos-kosan bahkan hotel bintang dua.
Dalam status para LC banyak yang blak-blakan siap dibooking dan melayani nafsu para pria. Namun, ada juga yang disamarkan dengan berkedok paket pijat plus.
Hasil penelusuran, Sumeks berhasil mewawancarai salah seorang PSK online yang telah lama menggeluti dunia tersebut, Bunga (nama samaran). Dia mengaku sudah terbiasa melakukan hubungan badan di luar nikah.
Pada mulanya dirinya melakukan hubungan badan dengan pacarnya sendiri, semasa dia kuliah di salah satu universitas swasta di Sumedang.
Lambat laun ketika ditinggal sang pacar, Bunga merasa perlu melampiaskan hasrat nafsunya kepada seseorang. Terlebih, saat itu dia membutuhkan uang.
“Kehidupan di kota perlu uang, apalagi ketika saya butuh untuk membayar kuliah. Karena kondisi ekonomi keluarga juga yang paspasan,” ujar Bunga kepada Sumeks, belum lama ini.
Baca Juga:Erwan: PPKM Darurat Efektif Turunkan Angka Postif Covid-19Kunjungan Airlangga ke Singapura Berdampak Positif, Indonesia Terima Bantuan 24 Iso Tank
Awalnya Bunga hanya berani menjadi Ladies Club atau pemandu lagu ditempat karaoke kepada pria hidung belang yang dikenalnya melalui media sosial. Sebagai bayarannya, dia mendapatkan uang sesuai tarif yang telah disepakati.
“Tidak setiap saat, biasanya hanya saat butuh dan hanya untuk tambah tambah saja,” tandasnya.
Bunga mengaku, studi yang dijalaninya harus berakhir di tengah jalan karena keluarganya sudah tidak mampu membiayainya. Karena frustrasi, akhirnya Bunga mencoba jual diri di media sosial.