SUMEDANGEKSPRES.COM, Kota – Setelah pemberlakuan pembelajaran online atau daring dilakukan selama dua tahun di masa pandemi COVID-19, menimbulkan kekhawatiran dari para orang tua siswa.
Salah seorang warga Kelurahan Situ, Kecamatan Sumedang Utara, Ence mengungkapkan, dirinya khawatir melihat semangat belajar cucunya semakin menurun semenjak pandemi.
“Ketika pembelajaran daring ini yang belajar malah jadi saya. Cucu saya tidak mau belajar dan bahkan untuk bangun pagi saja susah. Ya gimana lagi, daripada cucu saya ngga naik kelas, akhirnya tugasnya saya yang kerjakan,” ujarnya kepada Sumeks, Jumat (18/8).
Baca Juga:Menko Airlangga: Kebijakan Mandatori B30 Terbukti Untungkan Petani SawitKasus Penemuan Ribuan Butir Obat Terlarang, Belum Ada Titik Temu
Ence juga menerangkan, pembelajaran daring ini tidak efektif karena sistem pembelajaran yang terlalu banyak memberikan tugas. Bahkan ketika diberikan penjelasan pun, Anak-anak susah untuk mencernanya.
“Pembelajaran daring ini malah jadi banyak tugas yang diberikan, apalagi untuk anak-anak SD yang masih belum bisa belajar sendiri. Kemudian diberi tugas yang tidak pernah diajarkan secara langsung malah membuat anak-anak semakin malas untuk belajar,” ungkapnya.
Di tempat terpisah, seorang siswi di salah satu Sekolah Menengah Pertama (SMP) Sumedang menjelaskan, keluh kesah dirinya ketika mengikuti belajar online.
“Belajarnya jadi susah banget. Belum tugas yang selalu banyak. Sinyal yang kadang-kadang susah untuk dipakai Google Classroom. Kuota juga jadi kendala karena harus daring,” paparnya.
Dini juga menambahkan, dibandingkan dengan pembelajaran online, pembelajaran secara langsung sangat mudah dicerna olehnya ketimbang pembelajaran daring.
“Kalo belajar langsung kan enak bisa lebih mudah ngerti pelajarannya, kalo daring gini jadi bingung. Kalo ada yang tidak ngerti harus nanya siapa? Nanya langsung di grup WA malu. Kalo sekolah kan bisa tanya ke temen yang sudah ngerti,” tuturnya. (Mg1)