SUMEDANGEKSPRES.COM, Wado – Menghadapi musim hujan, warga Desa Cimungkal Kecamatan Wado mulai mengumpulkan stok kayu bakar untuk persiapan kebutuhan memasak. Biasanya jika sudah memasuki musim hujan, kayu bakar sulit didapat.
Salah seorang warga Desa Cimungkal, Anah (52) menyebutkan dalam sehari, dirinya terpaksa mencari kayu bakar hingga tiga kali, pagi, siang dan sore hari. Padahal saat kemarau, ia mencari kayu bakar hanya sekali dalam sehari.
“Karena sekarang mau musim hujan, kami harus bisa mengumpulkan kayu bakar sebanyak-banyaknya. Jadi pas musim hujan kayu bakar sudah siap di rumah,” ujar Anah, belum lama ini.
Baca Juga:Antisipasi Alami Kerugian, Petani Pilih Tanam PalawijaSMPN 6 Sumedang Kolaborasikan Daring dan Luring
Anah mengatakan, kayu bakar banyak didapat di wilayahnya. Sebab, wilayah Cimungkal berada di kaki Gunung Cakrabuana. Saat kemarau banyak ranting atau pohon yang kering tumbang di sekitar hutan.
Anah mengakui, masih banyak warga Cimungkal yang masih mengandalkan tungku untuk keperluan memasak. Sehingga memerlukan kayu bakar setiap harinya.Selain itu, sebagian warga Cimungkal memang belum memiliki tabung gas.
“Saya juga tidak punya tabung gas. Jadi (untuk keperluan memasak) terus mengandalkan kayu bakar,” imbuhnya.
Warga lainnya, Halimah (60) mengatakan, dirinya sengaja mengumpulkan kayu bakar dalam jumlah banyak. Karena ketika musim hujan, biasanya banyak warga lainnya yang membutuhkan.
“Biasanya kalau ada yang butuh kami bisa menjualnya. Lumayan buat beli kebutuhan lainnya. Kadang orang sini kalau kehabisan gas, biasanya diselingi menggunakan kayu bakar,” tuturnya.
Mengumpulkan stok kayu bakar, tak hanya dilakukan oleh warga untuk kebutuhan memasak di rumah saja. Tapi juga dilakukan oleh warga yang memiliki usaha warung nasi.
Syarif seorang pemilik usaha warung nasi di Cimungkal menyebutkan, untuk memenuhi kebutuhan kayu bakar, terpaksa harus membeli. Karena kebutuhannya dalam kapasitas banyak.
Baca Juga:Dua Program Prioritas Di Kelurahan TalunOperasi Patuh Lodaya 2021 Dimulai
“Karena butuhnya banyak kami terpaksa membeli. Apalagi sekarang ancang-ancang masuk musim hujan kami harus nyetok kayu bakar. Kemarin-kemarin kami beli satu truk harganya lumayan mencapai sekitar Rp1 juta lebih,” ujarnya.(eri)