Petani Jatigede Tak Tertarik Tanam Tembakau

Petani Jatigede Tak Tertarik Tanam Tembakau
Tembakau hasil olahan para petani Jatigede dijemur sebelum dilempar ke pasaran (Foto: HERI PURNAMA/SUMEKS)
0 Komentar

SUMEKS, Jatinunggal – Tidak mau terbebani dengan pengolahan, banyak petani yang menjual tembakaunya saat masih tertanam di lahan perkebunan.

Bahkan musim tanam tahun ini, tidak banyak petani yang garap sawahnya untuk tanaman tembakau.

Pasalnya, kemarau tahun ini tidak terlalu kesulitan air, sebagian petani lebih memilih menggarap sawahnya untuk ditanami padi kembali.

Baca Juga:PT PLN Segera Aliri Listrik Dilokasi Bekas LongsorTak Bisa Lewat, Truk dan Alat Berat Harus Putar Arah

Hanya saja, lahan sawah yang diprediksi tidak terjangkau oleh saluran irigasi, dimanfaatkan untuk menanam tembakau.

Sekretaris Desa Sukamanah, Kecamatan Jatinunggal, Aman Kahfi Permana menyebutkan, ketertarikan para petani untuk menanam tembakau, jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan tahun – tahun sebelumnya.

Padahal, jika dihitung – hitung, keuntungan dari menanam tembakau, cukup menjanjikan dan bisa diandalkan untuk memperkokoh ekonomi para petani.

“Sekarang yang menanam tembakau lebih rendah, lantaran pasokan air ke sawah, dinilai masih memungkinkan, jadi petani lebih memilih menanam padi,” katanya.

Aman menjelaskan, meski bisa meraup keuntungan yang jauh lebih besar, namun pemeliharaan tanaman tembakau itu butuh keuletan yang lebih, jika dibandingkan dengan memelihara tanaman padi.

“Memang pemeliharaan tembakau itu lebih sulit dibandingkan padi, sepertinya para petani juga tidak siap untuk pemeliharaannya,” kata dia.

Hal itu terbukti dari banyaknya petani yang menjual tembakaunya dengan sistem pohon, jadi para petani menjual tembakau yang masih tertanam dikebun.

Baca Juga:Kontraktor Memohon Buka Akses, Pemilik Lahan: Lunasi Dulu!!Berkali-kali Air PDAM Mampet

“Bahkan sekarang banyak petani yang menjual tembakaunya per pohon, karena mereka tidak mau repot mengurusi tembakau sampai benar-benar siap jual,” kata dia.

Aman menambahkan, setelah tembakau yang berbentuk daun dipanen, masih ada lagi proses yang harus dikerjakan, yaitu mengiris dan menjemur.

“Proses pengirisan juga tidak mudah, belum lagi penjemuran itu harus dimulai dari subuh,” ucapnya.

Padahal, dijual dikebun dengan dijual melalui proses pengirisan dan penjemuran itu jauh berbeda, dari pada menjual dikebun.

Dari informasi yang berhasil dihimpun, , satu pohon tembakau, dihargai Rp 3.500 per pohon, berbeda jika dijual setelah diiris itu harga per kilogramnya mulai dari 15rb sampai 50rb, tergantung kualitas tembakaunya.

“Kalau di jual dikebun jelas lebih murah,”kata dia (eri)

0 Komentar