Setelah itu, diutarakanlah keinginan tersebut kepada Nyi Ratna sambil memperkenal diri.
“Saya adalah suami dari kakak kamu,” ujar H Abung kembali menirukan, sambil mencoba merapihkan kerah baju.
Ternyata, Nyi Ratna sudah tahu siapa pria yang menghampirinya, tetapi terkejut dengan maksud perkenalan tersebut.
Baca Juga:Arteria Dahlan Disuruh Minta Maaf, Malah Tantang Lapor MKD, KPI: Sudah Masuk KebencianKajati Jabar yang Tuntut Mati Herry Wirawan, Asep N Mulyana, Diminta Dicopot Arteria Dahlan
Keinginan kakak iparnya untuk memperistri dirinya, ditolak. Nyi Ratna merasa tidak enak hati kalau harus menyakiti kakak kandungnya.
Penolakan dari Nyi Ratna tidak membuat sang kakak ipar mundur, malah terus mendesak, Nyi Ratna lalu pergi meninggalkan kerajaan, dan kakak iparnya terus mengikuti.
“Tidak diterangkan punya ilmu apa, tetapi Nyi Ratna diceritakan bisa terbang,” kata H Abung.
Selama dalam pelariannya, Nyi Ratna Herang berhenti di berbagai tempat yang menjadi asal muasal nama tempat tersebut hingga sekarang.
Dalam pelarian pertama, Nyi Ratna mandatangi sebuah tempat yang sudah ada penghuninya.
Masyarakat yang melihat kedatangan sosok perempuan cantik tersebut merasa aneh dan terkagum-kagum.
“Dalam bahasa Sunda Giur, atau kagum, sehingga disebutlah tempat tersebut Cigugur,” ujar H Abung.
Baca Juga:Inilah Kajati Yang Diminta Dicopot Oleh Arteria Dahlan Karena Rapat Menggunakan Bahasa SundaWijin dan Nikita Mirzani Pacaran? Kepergok Berduaan!
Tetapi, hehadiran kakak ipar yang terus membuntutinya, menyebabkan Nyi Ratna kembali kabur ke arah timur.
Hingga akhirnya Nyi Ratna melewati sebuah tempat yang merupakan tegalan (sawah yang tidak terurus, dipenuhi rumput), dan dirinya membuat tulisan dengan sebuah ranting di tanah tegalan tersebut.
“Sampai akhirnya, tempat tersebut dinamai Desa Panulisan,” tutur H Abung.
Kakak ipar yang terus mengikutinya, membuat Nyi Herang kembali kabur ke arah Timur lagi.
Akhirnya sampai di suatu tempat, dan penduduk sekitar merasa terpesona dengan sosok Nyi Ratna.
Diceritakan H Abung, Nyi Ratna memiliki rambut panjang yang indah, untuk merapihkan, dibutuhkan batangan bambu untuk menyisir rambutnya.
“Mereka sangat mengagung-agungkan sosok Nyi Herang, sehingga tempat tersebut dikenal dengan Luragung,” beber pria yang berumur 81 tahun ini.
Merasa terus dibuntuti, Nyi Ratna kembali melarikan diri dan sekarang lari ke sebelah Selatan kemudian ke sebelah Barat.
Di akhir pelarian, Nyi Ratna menemukan sebuah situ dengan air yang sangat jernih (herang), dirinya lalu memutuskan untuk duduk di pinggir situ.