sumedang, CIMALAKA – Puluhan rumah permanen nampak terbengkalai lantaran ditinggalkan oleh penghuninya. Suasananya pun tampak sepi hanya terlihat ada beberapa para petani yang melintas. Bak perkampungan mati, di rumah-rumah di perkampungan tersebut sudah tak berpenghuni. Perkampungan itu bernama Kampung Cibueuk, Desa Padasari, Kecamatan Cimalaka.
Kampung tersebut ditinggalkan oleh warganya akibat sempat dilanda bencana longsor dan pergerakan tanah pada 2009 dan 2010 .
Seorang warga setempat Saip (80) menjadi saksi dari bencana yang menimpa desanya.
Baca Juga:Bencana Alam Mengincar Pada Puncak Musim HujanRidwan Kamil Temui Warga Sunda di NTB
“Kejadian longsor pertama terjadi di sebelah selatan kampung pada tahun 2009 dan longsor itu lebih besar dari kejadian longsor setelahnya pada 2010 yang terjadi di sebelah utara kampung,” ungkap Saip beberapa waktu lalu.
Akibat longsor, sejumlah rumah terancam meski tak ada korban jiwa. Pasalnya, selain longsor, pergerakan tanah pun terjadi akibat kondisi tanah yang begitu labil.
“Pas longsor 2009 satu rumah yang berada diatas bukit rusak berat serta sejumlah lahan pesawahan warga pun rusak akibat diterjang longsoran dan pada 2010. Selain longsor yang telah menggerus sawah warga, di sejumlah rumah warga pun muncul retakan-retakan,” jelas Saip.
Warga pun akhirnya direlokasi ke tempat yang lebih aman setelah sebelumnya dilakukan penelitian oleh tim ahli dari Badan Geologi.
“Tim dari geologi memeriksa kondisi tanah dan akhirnya warga pun diputuskan untuk segera direlokasi,” ujar Saip.
Warga lainnya, Atim (59) menjelaskan rumah yang terdampak jumlahnya mencapai 40 rumah yang kini telah direlokasi ke tempat lebih aman dan masih di kawasan Desa Padasari.
“Sebab direlokasi akibat ada longsor dua kali yang menerjang perkampungan pada 2009 dan 2010,” ujar Atim.
Baca Juga:Strategi Digital untuk Inklusi Keuangan, 97% Desa & Kelurahan di Indonesia Terekam BRIKodesLirik Lagu Mesin Waktu – Budi Doremi : Jika Aku Bisa Ku Akan Kembali
Kampung Cibueuk saat ini sudah tidak dihuni warga dan tampak sepi. Aktivitas satu dua warga yang masih terlihat saat siang hari lantaran hanya untuk mengurus hewan ternak.
Begitu pun dengan Atim, rumah miliknya dulu kini ia manfaatkan hanya untuk memelihara sapi sebagai satu-satunya mata pencaharian sedari dulu.
“Jadi sekarang mah palingan hanya satu dua warga yang terlihat saat siang, itu pun mereka yang punya hewan ternak. Jadi sekarang mah rumah-rumah yang masih berdiri jadi tempat jaga hewan ternak,” pungkas Atim. (kga)