sumedang, KOTA – Sate merupakan makanan yang cukup poluler. Hampir tiap daerah memiliki kekhasan sate masing masing.
Aroma daging yang terpanggang oleh panasnya bara api, tentunya bisa menggugah selera makan, ditambah berbagai macam bumbu yang disajikan
Salah satu kedai makan sate yang selalu ramai di kunjungi pembeli adalah Sate Leces Gaul atau lebih sering diketahui Sate Leces.
Baca Juga:Uu Ajak Berkemah di Pangandaran untuk Tunjang Ekonomi LokalAtasi Banjir Ciamis – Pangandaran Uu Sebut Perlu Adanya Kolaborasi
Berbagai jenis daging disediakan, seperti Kambing, Sapi dan Ayam. Tak hanya dijadikan sate, namun daging daging tersebut ada yang diolah jadi sup.
Tak hanya dijual matang, Kedai tersebut juga menyediakan daging sapi dan kambing mentah. Serta, tulang kambing dan tulang sapi mentah bagi pembeli yang ingin mengolah sendiri di rumah.
Eet Sunarya (52) pemilik kedai tersebut mengatakan, dalam sehari warung satenya menghabiskan 6 ekor kambing dan 50 kilogram daging sapi.
“Pembeli sekali masuk biasanya sampai 250 sampai 300 orang. Dari siang tempat sudah habis di booking,” terangnya.
Kedai sate tersebut sangat memperhatikan kualitas kambing yang akan di potong. Serta, pengolahan yang sedemikian rupa membuat sate leces sangat diburu.
“Disini itu yang kita jual daging yang berkualias, kambingnya masih muda dan sehat. Sehingga, saat dikonsumsi dagingnya juga enak. Pengolahannya, semisal dipotong pagi, kemudian langsung diolah saat itu juga dan didagangkan saat itu juga. Sehingga daging benar-benar masih fresh, begitupun saat bulan puasa, waktunya kita sesuaikan,” paparnya.
Tak sampai disitu, sate leces juga diolah menggunakan bumbu rahasia. “Kalau rasa sudah masuk di lidah pelanggan, inshaa Allah bakal ketagihan,” ujarnya.
Baca Juga:Gerakan Nasional Indonesia Juara Deklarasi Ridwan Kamil Capres 2024Pernikahan Viral di Tegalgubug Cirebon, H Sondani Nikahi Gadis 19 Tahun
Satu porsi sate leces gaul atau 10 tusuk untuk sate kambing atau sate sapi dihargai Rp 30 ribu. Sementara, 10 tusuk sate ayam dihargai Rp 25 ribu.
“Kalau yang polos tanpa gajih harganya 40 ribu sepuluh tusuk, kita siapkan, ada,” terangnya.
Kedai yang berlokasi di Jalan Raya Simpang – Parakanmuncang KM.05, Kabupaten Sumedang itu berasal dari nama panggilannya dulu saat ia masih mengelola rumah potong hewan pada sekitar tahun 1995. Setelah berganti profesi menjadi penjual sate, leces itulah yang dipilihnya menjadi nama kedainya.