“Daya dukung kesehatan dan kebersihan yang diperoleh selama masa pandemi diharapkan digunakan secara baik untuk menjaga kesehatan warga sekolah, membiasakan warga sekolah hidup sehat dan bersih, sehingga semua warga sekolah terjaga kesehatan jiwa raganya,” imbuhnya.
Anisa menjelaskan, pengalaman di awal pandemi, yaitu terjadinya perubahan secara tiba-tiba strategi pembelajaran dari pembelajaran tatap muka ke pembelajaran jarak jauh telah menyebabkan peserta didik tidak mampu mengikuti proses pembelajaran secara baik.
Begitu pula, saat ini dikhawatirkan, setelah 2 tahun peserta didik melaksanakan PJJ, kemudian sekarang mereka harus melakukan PTM dikhawatirkan terjadinya learning sock atau learning lag akibat perubahan sistem belajar.
“Sebagian peserta didik akan terhambat dalam beradaptasi dengan PTM. Misalnya kebiasaan belajar di rumah harus berubah dengan kembali ke sekolah setiap hari. Atau yang tadinya waktu belajar yang lebih fleksibel menjadi lebih teratur/terjadwal,” paparnya.
Baca Juga:Setelah 43 Tahun Berlalu, Sumedang Kembali Menjadi Tuan Rumah Penyelenggaraan MTQ Tingakt Jawa BaratSekda Jabar Sambut Baik Kunjungan Kerja DPRD Sumut ke Jabar
Dijelaskan, beberapa rekomendasi merubah kebiasaan belajar menjadi kembali ke pola belajar di sekolah membutuhkan proses transisi, baik secara pedagogis, psikologis maupun sosiologis. Sekolah dan guru harus menyediakan ruang adaptasi yang cukup agar peserta didik tidak mengalami learning sock akibat perubahan sistem belajar.
“Di awal-awal PTM, selayaknya guru tidak terlalu menekankan ketercapaian muatan kurikulum. Tetapi, lebih banyak melakukan pendekatan psikologis untuk meningkatkan motivasi dan minat belajar peserta didik dengan PTM, memberikan kegiatan pembiasaan (habituation), dan tentunya mengembangkan kegiatan belajar yang menyenangkan, membahagiakan, serta mendorong kemandirian, kreatifitas dan inovasi peserta didik,” terangnya.
Dia menekankan, guru harus merancang pengelolaan belajar pada awal-awal PTM dengan memperhatikan tingkat kesiapan dan kebutuhan belajar peserta didik, atau yang dikenal dengan pembelajaran berdiferensiasi.
“Diharapkan melalui beberapa pendekatan tersebut, peserta didik mampu dengan cepat beradaptasi dengan PTM, mampu berkembang seluruh aspek perkembangannya, dan mampu menutup ruang-ruang perkembangan kosong yang terlewatkan pada masa pandemi,” pungkasnya. (atp)