sumedang, KOTA – Pegiat Literasi Nasional Maman Suherman atau yang akrab dipanggil Kang Maman meminta perpustakaan jangan dijadikan tempat parkir para kepala dinas yang tinggal menunggu masa pensiun.
Hal itu diungkapkan dalam acara pengukuhan Pokja Literasi Kabupaten Sumedang sekaligus peletakan batu pertama Gedung Perpustakaan Daerah di kompleks IPP, Selasa (14/6).
“Di berbagai daerah selalu seperti itu. Kepala Perpustakaannya siapa? Ngerti enggak tentang buku? Ngerti enggak tentang perpustakaan?,” kata Maman Suherman.
Baca Juga:Pembangunan Relokasi Korban Longsor Cimanggung Capai 50 PersenRombongan Haji dari Indramayu Kecelakaan di Tol, 4 Mobil Tabrakan Beruntun
“Enggak, dia mau pensiun saja kita taruh di situ,” katanya lagi dengan nada becanda.
Beruntung, Kepala Dinas yang membidangi perpustakaan di Sumedang, seorang yang cerdas dan literat.
Kang Maman menyebut perpustakaan merupakan tempat menjalankan perintah illahi, yang pertama kali diwahyukan kepada Baginda Rasulullah SAW, yaitu lqra atau membaca.
Sangat beralasan, jika Kang Maman berharap banyak, perpustakaan bisa menjadi pusat ilmu budaya bangsa.
“Mudah-mudahan bukan menjadi tempat berkumpulnya orang yang hanya datang, cari dan baca buku saja,” harapnya.
Untuk mewujudkan semua itu, dibutuhkan pustakawan yang bisa mendampingi di setiap perpustakaan dan Taman Baca Masyarakat (TBM).
“Salah satu perpustakaan terbaik di Indonesia adalah Universitas Padjajaran dan kampusnya ada di Jatinangor – Sumedang, kenapa mereka tidak ditarik saja ke Sumedang?” terangnya.
Baca Juga:Bupati Ajak Siswa Gemar MembacaPertalite Diburu Warga di SPBU
Ide yang disodorkan Kang Maman, rupanya sebuah terobosan baru untuk mendongkrak marwah perpustakaan sebagai pusat ilmu dan budaya.
“Mahasiswa Perpustakaan Unpad, KKN dan berbaktinya harus di Perpustakaan-perpustakaan dan TBM-TBM Sumedang, untuk membagi ilmu, sebagai balas jasa kuliah di Jatinangor,” terangnya.
Karena, menurutnya, menjadi seorang pustakawan tidaklah mudah. Pustawakawan itu bukan hanya sebatas tahu menyimpan buku, tetapi harus tahu pula isi buku.
Lebih jauh Kang Maman menuturkan, para pahlawan adalah orang – orang literat.
Seperti hal nya Bung Karno, Bung Hatta, Syahrir adalah penulis-penulis buku yang luar biasa.
“Tidak semua pembaca menjadi pemimpin, tetapi semua pemimpin adalah pembaca yang luar biasa,” ujarnya. (red)