sumedang, KOTA – Tidak dijualnya BBM Pertalite di pom mini ataupun di pinggir jalan menyebabkan pengendara roda rela antri di SPBU.
Seperti yang terjadi di SPBU Darangdan Selasa (14/6). Beberapa pengendara roda dua harus rela antri untuk mendapatkan dan membeli bahan bakar tersebut.
Seorang pengendara roda dua Cecep mengatakan dirinya datang ken pom ini untuk membeli pertalite. Pasalnya, di pinggir jalan dan POM Mini sudah tidak menjual lagi pertalite.
Baca Juga:Tahapan Pemilu 2024 Sudah DimulaiKreatifitas Masyarakat Bergantung Tiga Faktor
“Kan sudah gak ada di pinggiran jalan pertalite sekarang mah. Jadi kesini aja belinya meskipun harus antri,” ujar Cecep kepada Sumeks, Selasa (14/6).
Diakui, di setiap SPBU pengendara dua harus rela ini mengantri karena para pengguna bahan bakar tersebut untuk kendaraan roda 2 masih banyak.
“Di SPBU mana juga harus ngantri sih. Jadi ga papa deh panas-panasan ngantri juga,” katanya.
Cecep menegaskan dirinya lebih memilih bahan bakar ini karena dari segi harganya masih murah, berbeda dengan pertamax yang satu liternya Rp.12.500,- .
“Mending pertalite, lebih terjangkau dan kalau pertamax meskipun banyak di pinggir jalan tapi harganya kan lumayan mahal,” katanya.
Pantauan Sumeks, di beberapa SPBU di Kabupaten Sumedang selalu terdapat antrian panjang kendaraan, terutama roda dua, untuk mendapatkan bahan bakar tersebut.
Kebijakan dilarangnya menjual BBM Pertalite di pinggir jalan atau Pom Mini terasa memberatkan warga. Harga yang tinggi menjadi faktor utama.
Baca Juga:Kesepakatan Harga Hanya Sepihak, Rumah Warga Dibongkar PaksaBPBD Sumedang: Waspadai Musim Pancaroba!
“Bagi kami dengan tidak adanya pertalite di eceran sangat berat, karena harganya cukup terjangkau dan murah. Kalau Pertamax harganya cukup tinggi di eceran, yaitu mencapai Rp 15 ribu, sangat memberatkan,” papar seorang warga Encek.
Encek mengakui, kalau Pertamax merupakan bahan bakar yang bagus. Namun, kalau ke daerah terpencil dengan tidak adanya. pertalite cukup membuat warga resah. (wly)