sumedang, WADO – Faktor cuaca menjadi kendala terhambatnya penjualan komoditas cengkih oleh para petani pemilik cengkih di wilayah Kecamatan Wado. Pasalnya, setiap harinya, hujan masih kerap turun di wilayah Wado. Kondisi tersebut menjadi faktor penghambat proses pengeringan cengkih.
“Bulan (Juni) ini memang waktu yang tepat untuk menjual cengkih. Dan, cengkih yang dijual di wilayah kami adalah cengkih yang sudah dikeringkan,” ujar petani cengkih asal Desa Mulyajaya, Kecamatan Wado Opan Sopian, Kamis (16/6).
Dia menambahkan, ganya saja sekarang agak terhambat, karena proses pengeringan jadi lama karena cuaca hujan.
Baca Juga:Cipeles Jadi ‘Tempat Pembuangan Sampah’, Warga Harus Cepat Sadar!Pancaroba, Waspadai ISPA dan DBD
Terhambatnya proses pengeringan, kata dia, mengakibatkan proses penjualan cengkih tersendat. Sehingga, para petani harus bersabar untuk mendapat pendapatan dari komoditas cengkih tersebut.
“Ya yang dikhawatirkan cuaca akan terus seperti ini, masih ada hujan. Bisa-bisa kami telat menjual (cengkih), padahal kami sudah butuh uang,” ucapnya.
Opan menyebutkan, hampir sebagian banyak warga Mulyajaya mengandalkan cengkih sebagai komoditas penghasil uang.
Meski tidak semua warga memiliki kebun cengkih, tapi warga bisa menghasilkan uang dari buruh memetik dan menyortir atau memisahkan batang dengan buah cengkih.
“Sekarang di sebagian kebun sudah panen, tinggal proses pengeringan saja. Kalau sudah kering ya dijual,” katanya.
Opan menggambarkan, harga jual cengkih kering di tingkat petani wilayah Wado, saat ini mencapai Rp 104 ribu per kilogram. Harga tersebut naik dari tahun lalu yang berkisar dibawah Rp100 ribu per kilogram.
“Harga (cengkih kering) memang mulai agak naik sedikit,” ucapnya.
Seperti diketahui, wilayah Mulyajaya merupakan sentra komoditas cengkih. Dalam setahun mampu menghasilkan cengkih kering mencapai puluhan ton.
Umumnya petani cengkih di Mulyajaya menjual cengkihnya ke tengkulak. (eri)