Seperti tak ada habisnya tantangan bagi Intan, kurang dari dua minggu sejak Intan membuka outlet pertamanya, pemerintah mengumumkan kasus Covid-19 pertama di Indonesia dan disusul kebijakan PSBB yang sangat menghancurkan harapan Dawet Kemayu. Namun mental Intan yang sudah teruji dari kegagalan sebelumnya tak mau menyerah begitu saja.
Melalui fasilitas program KMK Tangguh dari BRI, Intan justru membuka 10 outlet miliknya di kota Yogyakarta dikala pandemi, yang kebanyakan di pusat perbelanjaan. Intan semakin serius mengelola brand Dawet Kemayu dengan merekrut profesional untuk mengelola media sosial dan digital marketing. Melalui instagram @dawetkemayu.official yang dikelola dengan sangat profesional, membuka jalan Dawet Kemayu lebih dikenal dan melebarkan sayap keseluruh penjuru pulau Jawa.
Dari hasil diskusi dan konsultasi dengan BRI, Waralaba atau Franchise dipilih Intan untuk mengembangkan usahanya. Berbagai paket kerjasama ditawarkan bagi calon pewaralaba. Mulai dari paket Virtual Kitchen dengan modal Rp 3,9 juta sudah dapat menjadi bagian dari Dawet Kemayu. Pilihan lainnya adalah paket Juragan Rp 7,9 juta, paket Bossman Rp 11,9 juta dan paket Sultan Rp 14,9 juta. Semuanya sudah termasuk bahan baku, peralatan dan booth yang masing-masing berbeda sesuai paket waralaba. Selanjutnya pewaralaba diwajibkan untuk menggunakan bahan baku yang disediakan oleh dapur pusat Dawet Kemayu di Yogyakarta. Bagi semua outlet waralaba Dawet Kemayu juga diberikan hak eksklusif untuk menggunakan media marketing dari @dawetkemayu.official sehingga pemasaran lebih seragam dan masif.
Baca Juga:Pembongkaran Makam yang Dilakukan di Arjawinangun Cirebon, Keluarga Curiga Atas Kematiannya yang Tidak WajarPembongkaran Kuburan di Jamblang Cirebon, Ada Perempuan Kesurupan dan Mengaku Dibunuh
Sementara itu, Direktur Bisnis SME Amam Sukriyanto menyampaikan, BRI terus berkomitmen untuk mendukung pelaku UMKM dan bertekat untuk terus melakukan pendampingan kepada UMKM dengan tujuan UMKM bisa growth secara sustainable.
Dari UMKM mikro, naik ke kecil, menjadi menengah, hingga menjadi pelaku usaha korporasi. “Untuk mendukung UMKM naik kelas dan sustain, program pemberdayaan harus terus dilakukan secara continue atau berkelanjutan,” ujar Amam.
Adapun journey pemberdayaan untuk mendukung bisnis UMKM yaitu, go modern melalui perbaikan kualitas produk, story behind product, packaging, branding, pengelolaan keuangan, manajemen pemasaran, dan pembukuan.