sumedang, KOTA – Kereta api adalah alat transportasi yang dulu dibawa Belanda ke Indonesia, salah satunya Sumedang.
Bukti itu terlihat dengan adanya Stasiun Tanjoengsari dan beberapa Viaduch (jembatan perlintasan kereta api) di beberapa titik.
Yang paling ikonik dari bukti adanya kereta api di Sumedang adalah Jembatan Cincin yang berada di wilayah Kecamatan Jatinangor. Jembatan tersebut menghubungkan dua wilayah yang berada di Jatinangor untuk dilalui kereta api.
Baca Juga:Sumedang Siap Terima Vaksin Booster KeduaParkir Pasar Parakamuncang Ditertibkan
Jalur sepanjang 11,2 Km melintang dari Tanjungsari hingga Rancaekek, dulunya bertujuan untuk menjangkau perkebunan di daerah Jatinangor, serta mendukung pertahanan militer.
Salah satu pegiat literasi Sumedang, Atep Kurnia mengatakan Jembatan Cincin merupakan bagian dari rencana pembangunan jalur kereta api dari Rancaekek hingga ke Sumedang. Namun, rencana itu gagal lantaran adanya krisis keuangan di Pemerintahan Hindia-Belanda.
“Pembangunan jalur simpangan ke Tanjungsari, sebenarnya diniatkan hingga Sumedang. Tetapi karena terkendala keuangan, jadinya berhenti di Tanjungsari,” ungkap Atep kepada Sumeks, Senin (8/8).
Dalam buku ‘Boekoe Peringatan dari Staatsspooren Tramwegen di Hindia-Belanda 1875-1925‘ karya S.A. Reitsma (1924) yang disadur ulang ke dalam versi pendek berbahasa melayu rendah oleh R. M. Haria W. Soemarta, SS telah berhasil membangun sejumlah jalur kereta api di pulau Jawa dan Sumatera. Bahkan, warisannya masih bisa dirasakan hingga kini.
Sebelum SS, sebetulnya sudah ada perusahaan swasta yang lebih dulu membangun jalur kereta api Semarang-Solo-Jogja yang rampung pada 21 Mei 1873, serta Betawi-Bogor, yakni Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatschappij (NIS) atau Perusahaan Kereta Api Hindia Belanda.
Namun, perusahaan tersebut tidak dapat mengembangkan jalur-jalur lainnya akibat keterbatasan modal. Faktor alam di pulau Jawa yang cukup menantang telah menguras para investor. Dimana, keuntungan yang didapat tidak sepadan dengan modal yang dikeluarkan.
Papan bertuliskan TANDJOENGSARI 885 tampak samar di tembok bangunan di Jalan Staat Spoors, Kecamatan Tanjungsari. Bangunan itu kini difungsikan sebagai Gedung Juang 45 Tanjungsari.
Baca Juga:Krisis Air Bersih Belum Terselesaikan, Desa Tarunajaya Minta SolusiPuskesmas Sukagalih Kejar Target Vaksin Booster
Gedung Juang 45 Tanjungsari merupakan bekas Stasiun kereta api pada masa pendudukan Belanda di akhir abad 19. Bangunan itu terletak tidak jauh dari Alun-alun Tanjungsari di ketinggian +855 meter.