sumedang, JATINANGOR – Kenaikan harga jual BBM bersubsidi Pertalite dan Solar, serta non-subsidi jenis Pertamax resmi berlaku pada Sabtu (3/9), satu jam setelah diumumkan Presiden Joko Widodo.
Seorang ojeg pangkalan BGG di Jatinangor Jejen Sobari mengaku pasrah dengan kenaikan harga BBM yang saat ini sudah mulai berlaku.
Jejen mengatakan, kenaikan harga BBM (terutama untuk Pertalite), tentu sangat berdampak bagi para driver ojek, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Baca Juga:Atlet FAJI Ikuti Pelatihan Otot Tangan di D’ArenaMenko Airlangga: Think 20 Dorong Aspek Inklusivitas sebagai Rekomendasi Pemecahan Masalah Global
Menurutnya, dampak secara langsung dirasakanya yaitu pengemudi ojeg harus menanggung beban biaya operasional (BBM) dengan kenaikan 30 persen.
Sementara untuk dampak tidak langsung, kenaikan harga BBM bisa jadi akan turut berimbas pada naiknya harga bahan kebutuhan pokok. Serta, biaya perawatan dan pemeliharaan sepeda motor.
Dikatakan, saat ini penumpang ojek sepi. Banyak warga yang tidak naik ojek lagi karena ongkosnya sudah naik karena pengaruh harga BBM.
“Pendapatan kami saat ini untuk seharian ‘ngojek’ paling tinggi Rp 30.000 hingga Rp 50.000. Ini belum dipotong untuk beli bensin dan sewa kendaraan atau untuk angsuran kredit,” ucapnya.
Para penumpang di daerah ini biasanya ramai saat pagi maupun siang. Selain warga yang akan ke pasar, pergi kerja maupun anak sekolah, sekarang mereka kebanyakan diantar dengan kendaraan sendiri.
Diakui Jejen, untuk hari ini dirinya mengaku senang karena didatangi Kapolres dan secara langsung memberikan sembako kepada para tukang ojeg di sekitar Kecamatan Jatinangor.
“Terimakasih pa Kapolres atas bantuan sembako yang diberikan kepada kami,” tuturnya. (kos)