Jika hal seperti demikian terjadi, maka kekhawatiran akan terciderainya perhelatan Musyda DPD IMM Sulsel sedikit banyaknya tentunya tak bisa dihindari. Persaingan yang tadinya hanya dalam konteks memperaruhkan visi-misi, terpolarisasi oleh isu-isu primordialisme. Kader-kader nantinya cenderung tidak mengedepankan objektivitas dalam memilih calon pemimpinnya tapi berdasarkan subjekvitas yang didasari ego identitas kelompok tertentu.
Pola-pola seperti ini seolah-olah menggambarkan kondisi politik kepartaian yang menurut tafsiran Mohammad Hatta dalam karyanya Demokrasi Kita merupakan suatu hal yang tidak berdasarkan prinsip the right man in the right place. Kandidat Caketum yang nalar politiknya dilandasi dengan sentimen identitas apabila terpilih nantinya akan berpotensi tidak menempatkan komposisi-komposisi pimpinan tidak pada tempatnya, tidak memperdulikan skill dan rekam jejak calon pimpinan. Asal dia punya kesamaan sentimen identitas maka akan
tetap ter-cover menjadi pimpinan meski realitanya tidak memiliki skill di bidang yang akan ditempatinya.
Baca Juga:Perda APBD Perubahan Jabar 2022 DisahkanCinta Laura: Ajak Generasi Muda Peduli Lingkungan Ikuti BRI, The Best ESG’s Mover
Sentimen identitas seperti yang dijelaskan tadi harus disikapi dengan bijak oleh para kandidat Caketum karena tak bisa dinafikan akan selalu ada oknum-oknum individu mau pun kelompok atau bisa jadi Caketum itu sendiri yang masih mengedepankan identitas primordialnya dalam setiap kontestasi pencarian pemimpin. Lebih lanjut, para kandidat Caketum juga seyogianya harus berangkat dari ide-ide matang yang dianggap mampu memberikan perbaikan organisasi dan menumbuhkan ranting-ranting kebaikan, menyajikan narasi-narasi persatuan serta menjadikan perbedaan sebagai jalan cinta untuk berfastabiqul khairat.
Kandidat Caketum DPD IMM Sulsel harus mampu membangun cinta terhadap sesama yang menjalin relasi tanpa pandang bulu baik dalam lingkup daerah, suku mau pun background kampusnya. Kualitas komunikasi ke atas (elit/senior IMM) sama pentingnya dengan kualitas komunikasi ke bawah (warga IMM) sehingga bisa menciptakan harmonisasi dan kolaborasi. Karena ke depannya siapa pun dari mereka yang terpilih nantinya, mereka bukan lagi Ketua Umum dari asal-usul terkecilnya tapi Ketua Umum untuk semua daerah dan kampus dalam lingkup DPD IMM Sulawesi Selatan.
Referensi :
Gunawan, L. A. S. (2019). Problematika Jatuh Cinta : Sebuah Tinjuan Filosofis. Logos, 15(2), 1–30. https://doi.org/10.54367/logos.v15i2.319