Pemukiman Terancam Banjir Bandang, Ratusan Bata Sawah Tergerus Sungai Cihonje

Pemukiman Terancam Banjir Bandang, Ratusan Bata Sawah Tergerus Sungai Cihonje
Seorang warga melintas di Jembatan Sungai Cihonje/Cipeureus. DAS sungai tersebut harus dinormalisasi karena mengancam pemukiman penduduk (HERI PURNAMA/SUMEKS)
0 Komentar

sumedang, DARMARAJA – Pemerintah Desa Cieunteung Kecamatan Darmaraja meminta Daerah Aliran Sungai (DAS) Cihonje atau Cipeureus segera dilakukan upaya normalisasi dan beronjong.

Dampak dari banjir bandang pada bulan Desember 2020 dan Maret 2021, puluhan petani kehilangan sebagian lahan garapannya.

Lahan pertanian yang ada di bantaran sungai Cihonje/Cipeureus dari mulai wilayah Desa Cieunteung sampai wilayah Desa Sukaratu itu sering tergerus derasnya aliran sungai tersebut.

Baca Juga:Pembelian Solar Butuh Rekomendasi DinasPolres Sumedang Gelar Do’a Bersama dan Shalat Ghaib Korban Kerusuhan Malang

Dalam hal ini, pemerintah desa sudah berupaya untuk mengajukan peningkatan kualitas sungai untuk mencegah terjadinya gerusan lahan pertanian yang semakin luas.

“Beberapa waktu lalu kami sudah mengajukan permohonan untuk perbaikan pinggiran sungai Cihonje/Cipeureus. Hal itu untuk antisipasi terjadinya gerusan lebih luas lagi. Apalagi selama ini petani yang punya sawah di pinggir sungai tersebut sering mengalami kerugian karena harus gagal panen akibat banjir bandang,” kata  Kepala Desa Cieunteung Wawan kepada Sumeks, Senin (3/10).

Dikatakan, pemerintah Desa Cieunteung menghawatirkan, saat terjadi lagi banjir bandang akan berdampak kepada pemukiman. Karena, ada pemukiman yang dekat dengan DAS Cihonje/Cipeureus, apalagi ada beberapa rumah yang jaraknya sangat dekat dengan sungai tersebut.

“Yang kami khawatirkan, lama-lama gerusan air sungai ini sampai ke pemukiman. Apalagi ada beberapa rumah yang dekat dengan sungai,” kata dia.

Bahkan, Wawan menerangkan, sawah miliknya yang ada di pinggir sungai tersebut sudah hilang sekitar 25 bata. Kasus serupa banyak dialami oleh para petani, sudah cukup banyak luasan lahan yang menyempit karena berubah menjadi sungai.

“Diperkirakan, ada sekitar 300 bata lahan sawah di Desa Cieunteung yang hilang tergerus aliran air sungai,” ucapnya.

“Dengan begitu, upaya normalisasi harus sesegera mungkin dilaksanakan, untuk memperkecil resiko gerusan sawah dan pemukiman,” imbuhnya. (eri)

0 Komentar