sumedang, DARMARAJA – Diluar prediksi, tahun ini warga yang memanfaatkan lahan di areal genangan ketar-ketir. Melihat musim penghujan yang datang lebih cepat dari biasanya, warga yang menanami lahan genangan dengan tanaman padi, mulai ketar ketir.
Pasalnya, mereka mengkhawatirkan air waduk akan kembali naik dan menggenangai tanaman padinya yang baru bersusia kurang dari dua bulan.
“Tahun ini kemaraunya sangat singkat, jadi tanaman padi kami terancam air waduk, kalau hujan terus turun,”katanya
Baca Juga:Harga Telur Tidak MenentuJALAN KE JAWA BARAT FESTIVAL 2023 Kemajuan Teknologi, Perlu Perhatikan Kultur Masyarakat Jawa Barat
Apalagi, dua hari kebelakang air waduk sempat mengalami kenaikan beberapa centi meter, itu menandakan debit air di sungai cimanuk sudah mulai naik lagi.
Untuk mengejar target waktu, biasanya petani memanfaatkan lahan tersebut untuk ditanami tanaman yang tidak membutuhkan waktu lama,seperti sayuran.
“Kalau memasuki musim kemarau kita manfaatkan lahan ini untuk tanaman padi, tapi kalau masuk musim hujan kita hanya berani menanami sayuran dan palawija yang tidak membutuhkan waktu lama dari mulai menanam sampai panen,” kata salah satu petani di desa penyangga Kusnadi, Minggu (9/10).
Dia menyebutkan, untuk saat ini para petani ada yang memanfaatkan lahan di pesisir untuk ditanami timun, kangkung dan yang lainnya.
“Untuk mengantisipasi kerugian dampak dari lahannya tergenang air, kita hanya berani memanfaatkan lahan untuk ditanami sayuran yang hanya butuh waktu tanam sampai panen 40 hari,” kata dia.
Biasanya, air waduk akan kembali penuh antara 257-260 mdpl, pada bulan Januari-Februari. Tapi untuk tahun ini tidak bisa diprediksi
“Januari biasanya sudah mulai full, sedangkan petani kebanyakan memanfaatkan lahan yang ada di bawa 250 mdpl,”katanya
Baca Juga:Melesat dengan Transformasi, BRI Terus Garap Pertumbuhan Baru UMKMKomitmen Transformasi Kuat, BRI Terapkan Digitalisasi Permudah Transaksi Nasabah
Dalam hal ini, petani di pesisir sangat mengandalkan lahan diareal genangan tersebut untuk bertahan hidup. Sebab, tidak sedikit warga yang berasal dari wilayah genangan dan berpindah ke desa penyangga yang tidak memiliki lahan pertanian.
“Dengan kita memanfaatkan lahan genangan ini, alhamdulilah bisa menyetok gabah kering untuk beberapa bulan kedepan,” katanya. (eri)