sumedangekspres, BANDUNG – Aksi mogok produksi tempe dan tahu yang rencanakan akan dilakukan oleh Paguyuban perajin Tahu dan Tempe di Jawa Barat batal dilakukan.
Rencananya, Paguyuban perajin Tahu dan Tempe di Jawa Barat akan melakukan aksi mogok produksi pada 17 – 19 Oktober 2022.
Ketimbang mogok, Paguyuban perajin Tahu dan Tempe di Jawa Barat memutuskan untuk menaikkan harga jual kepada pembeli supaya bisa menutupi biaya produksi yang terus merangkak.
Baca Juga:Fitnah Perselingkuhan dan Hoax, Bupati Purwakarta akan Laporkan 5 Youtuber ini!Seorang Pria Dipenjarakan Mantan Pacar, Kenapa ya?
Ketua Paguyuban Tahu Tempe Jabar M Zamaludin menuturkan, dia bersama para perajin lagi sepakat untuk batal mogok dan memilih untuk menaikkan harga produk.
Adapun kenaikan harganya variatif Rp 500 – Rp 1.000 per buah atau Rp 5.000 per papan.
“Iya kami batal, naikin harga saja. Sudah dinaikan, macam-macam paling Rp 5.000 per papan,” katanya, dilansir dari disway.id, Senin 17 Oktober 2022.
Zamaludin menjelaskan, keputusan menaikkan harga jual tahu dan tempe disebabkan ketidakstabilan harga kedelai.
Mahalnya harga kedelai membuat para perajin kebingungan dan keberatan apabila terus menjual dengan harga yang sudah ada.
Akhirnya, supaya tidak terus merugi, perajin menaikkan harga dengan harapan tidak lagi merugi.
Zamaludin menjelaskan, pihaknya masih akan menunggu sampai Desember terkait kenaikan harga kedelai.
Baca Juga:Kejar Target Sasaran Imunisasi Anak, Atalia Apresiasi Pelaksanaan Gebyar BIANHUT KOTA TASIKMALAYA, Ridwan Kamil: Maksimalkan “Ekonomi Tamu”
“Makanya kami batalkan demo. Kemungkinan ini akan naik terus. Januari bisa jadi demo. Kalau enggak demo ya mogok pasti ke atas (Pemerintah Pusat),” terangnya.
Lebih lanjut, Ia mengatakan saat ini produksi tahu dan tempe massih normal. Dia memastikan harga tahu dan tempe baru akan naik pada 20 Oktober 2022.
Namun, Ia juga tak menampik sudah ada beberapa perajin yang menaikkan harga tahu dan tempe.
“Harga kedelai sekarang Rp 13.300 per kg. Jadi, kerugian kami lumayan gede, Rp 200 sampai Rp 300 ribu, tergantung banyak produksinya. Ada juga yang sampai jutaan (kerugian),” imbuhnya.
Apabila tak kunjung stabil, mereka bakal melakukan aksi demo ke pemerintah pusat. (jun/disway)