sumedang, JATINANGOR – Indonesia Pengusaha Konveksi Berkarya (IPKB) menyampaikan perlu melakukan terobosan inovatif terkait persaingan global, kecenderungan pasar luar negeri dan dalam negeri.
Hal tersebut disampaikan Ketua IPKB Nendi Herdiama kepada Sumeks, baru-baru ini.
Selain itu, membuka dan menggiatkan export ke negara baru sebagai alternatif serta meningkatkan kualitas.
Baca Juga:Pemerintah Harus Sejahterakan RakyatInvestigasi Penyebab Longsor di Cadas Pangeran akan Dilakukan, Evakuasi Material Longsor Hingga Pukul 03.00
“Bekerjasama dengan para pihak termasuk kampus untuk explorasi bahan baku alternatif dengan tetap mengacu pada kandungan lokal guna menghindari biaya lebih mahal,” terangnya.
Perihal modernisasi, kata dia, salah satunya penggunaan mesin. Dimana, jumlah tenaga kerja berkurang merupakan hal yang tidak bisa dihindari. Namun, harus dilakukan itupun secara bertahap dan bijaksana.
“Paling tidak membutuhkan waktu untuk sosialisasi, persiapan pendidikan dan pelatihan SDM baik untuk operator mesin maupun karyawan-karyawan yang di rumahkan atau PHK bertahap,” ucap Nendi.
Dia mengatakan, dengan masih maraknya pakaian bekas, daya beli masyarakat yang mencari produk sangat murah membuat produk hasil indeks kepuasan masyarakat (IKM) marketnya kurang baik.
Produk IKM yang bersaing dengan baju bekas dan pakaian import yang begitu murah di pasaran, mengakibatkan dampak negatif ke harga pokok penjualan (HPP). Upah kerja yang sangat minim, peminat untuk jadi operator jahit sangat minim untuk saat ini.
Menurutnya, rata-rata yang sudah berpengalaman menjahit lebih memilih ke pabrik garmen yang besar. Mungkin dikarenakan pabrik-pabrik besar masih sejahtera di upah kerja.
“Kami IKM terus berusaha agar bisa mensejahterakan penjahit rumahan dengan sistem borongan dan memberikan kebesaran waktu kerja,” ujarnya.
Baca Juga:Kisah Inspiratif Bripka Yuda Bantu Anak Putus SekolahDirut BRI Sunarso Jadi Pemimpin BUMN Terpopuler, BRI Borong 5 Penghargaan di Anugerah Humas Indonesia 2022
Padahal, dalam kurun waktu dua tahun ini pihaknya sangat sulit untuk mencari pekerja.
“Semoga dengan ada program khusus pelatihan penjahit buat IKM bisa membantu kelancaran produksi kami, yang seringnya justru bagi pengusaha garment besar. Semoga IKM konveksi Home industri diperhatikan juga,” pungkasnya. (kos)