sumedang, KOTA – Yayasan Perjuangan Wahidiyah (YPW) Provinsi Jawa Barat menggelar Mujahadah Nisfussanah dan doa bersama untuk keselamatan bangsa bertajuk ‘Pulih Lebih Cepat Bangkit Lebih Kuat’. Kegiatan berlangsung di Gedung Islamic Center Kabupaten Sumedang, Sabtu (3/12) malam.
Perhelatan diikuti ribuan pengamal (jamaah) Wahidiyah se-Jawa Barat. Kegiatan tersebut merupakan kegiatan rutin yang diselenggarakan YPW Provinsi Jawa Barat diselenggarakan dua kali dalam setahun.
Pengasuh Perjuangan Wahidiyah dan Pondok Pesantren Kedunglo Al Munadhdhoroh Kanjeng Kyai Abdul Majid Ali Fikri, RA menyampaikan secara teknis, mujahadah adalah kegiatan membaca Shalawat Wahidiyah dalam rangka memerangi hawa nafsu untuk diarahkan kepada fafirruu ilallah (lari kembali kepada Allah) wa Rasulihji SAW.
Baca Juga:Jabar Menuju Zero Kasus PMK, Penanganan Berhasil Capai Kemajuan BPJS Ketenagakerjaan Serahkan Santunan ke Ahli Waris Kepala Desa dan Ketua RT
“Shalawat Wahidiyah memiliki banyak faedah atau manfaat. Diantaranya untuk menjernihkan hati dan makrifat billah (menyadari segala sesuatu terjadi atas kehendak Allah),” ungkapnya.
Kegiatan tersebut (mujahadah) dibagi beberapa segmen: Yaumiah (tiap hari), Usbu;iyah (Mingguan), Syahriyah (Bulanan), Rubu’ussanah (Triwulan), Nisfussannah (paruh tahun), dan Mujahadah Kubro (dua kali setahun, Muharram dan Rajab) khusus diselenggarakan di Ponpes Kedunglo, Kota Kediri, Jawa Timur, tempat ditaklifnya shalawat tersebut.
Selain mujahadah yang pokok, ada pula momentum sifatnya, yakni Mujahadah Waktiyah. Biasanya mujahadah ini dilakukan untuk memperingati peristiwa-peristiwa khusus, seperti menyambut Tahun Baru Hijriyah dan Masehi, Hari Pahlawan, HUT Kemerdekaan RI, dan satu hari menjelang Pemilu.
Dan Mujahadah khusus ini dapat dilakukan secara perorangan, tak ubahnya Mujahadah Yaumiyah.
Tujuan dilaksanakannya Mujahadah Waktiyah, diharapkan dari acara-acara yang khusus tadi membuahkan hasil yang maksimal bagi kelangsungan hidup yang diridhoi Allah SWT.
Adapun praktik dari seluruh kegiatan mujahadah harus dikaitkan dengan ajaran atau bimbingan Wahiydiyah: Lillah dan BIllah, Lirasul-birrasul, Yukti qulla dzii haqqin haqqoh, dan Taqdimul aham fal aham, tsumal anfa’ fal anfa’ secara proporsional.
Lilah dan Billah, maksudnya segala aktifitas yang tidak bertentangan dengan syariat Islam agar diniatkan ibadah, lillahi ta’ala. Dan harus disadari bahwa segala sesuatu yang terjadi adalah kehendak Allah. Selain itu, harus pula meniatkan segala perbuatan yang baik untuk mengikuti tuntunan Rasulullah SAW. Serta menyadari segala perbuatan yang baik adalah berkat jasa Nabi SAW yang rahmatan lil aalamin. Inilah penerapan dari Lirrasul- Birrasul.