Jadi, istilah Cadas Pangeran bagi sebagian kalangan mengartikan watak keras atau ‘cadas’ dari sang Pangeran Sumedang. Namun ada pula arti lainnya, yaitu daerah tersebut memang memiliki areal yang berbukit cadas.
Bukit cadas itulah yang diubah menjadi bagian dari jalur yang membangun jalan Daendels tersebut dan pekerjaan tersebut yang mengubah sebuah bukit cadas yang berliku dan terjam menjadi jalan raya yang mendatangkan penderitaan hebat bagi rakyat Sumedang yang direkrut menjadi pekerja paksa (rodi) dan memicu kemarahan Pangeran Kusumadinata IX selaku penguasa Sumedang.
Selain memprotes secara simbolik, Pangeran Kornel juga menantang Gubernur Daendels bertarung satu lawan satu. Pangeran Kornel berkata bahwa dirinya adalah selaku adipati Sumedang lebih berjuang dan berkorban sendiri daripada harus mengorbankan seluruh rakyat Sumedang.
Baca Juga:Biografi Pangeran Angkawijaya Atau Prabu Geusan UlunDaftar 25 Situs Yang Terendam Waduk Jati Gede
Mendengar hal tersebut, Daendels pun terpaksa mengubah siasatnya. Daendels pun berjanji pada sang Pangeran bahwa tentara Zeni Belanda lah yang akan mengambil alih pekerjaan pembuatan jalan sedangkan rakyat Sumedang dipersiapkan untuk tenaga cadangan saja.
Namun, Daendels tengah bermuslihat, beberapa hari kemudian, Gubernur yang sangat kejam dan oleh rakyat jawa dijuluki dengan ‘Mas Galak’ tersebut membawa ribuan pasukan Belanda dengan tujuan untuk menumpas perlawanan dari Pangeran Kornel dan rakyat Sumedang.
Rakyat Sumedang dibawah pimpinan Pangeran Kornel beserta segenap pembesar Sumedang lainnya melawan dengan gigih dan semangat juang yang tinggi tentang penindasan Belanda tersebut.
Karena kekuatan Belanda yang tangguh dan kurangnya persenjataan dari rakyat sumedang itu sendiri, akhirnya pemberontakan Pangeran Kornel berhasil dikalahkan, pangeran Kornel dan ratusan rakyat Sumedang gugur dibantai oleh pasukan Belanda