Tarawangsa Kesenian Tradisional Sumedang yang Masih dilestarikan!

Tarawangsa kesenian tradisional Sumedang
Tarawangsa kesenian tradisional Sumedang(tangkapan layar)
0 Komentar

sumedangekspres– Tarawangsa kesenian tradisional Sumedang yang masih dilestarikan, kabupaten sumedang memiliki pesona alam, kelezatan kuliner dan juga kesenian daerahnya yang masih terus dilestarikan sampai saat ini.

Tarawangsa kesenian tradisional Sumedang yang masih dilestarikan, Tarawangsa adalah jenis kesenian masyarakat agraris tradisional di Jawa Barat. Dalam pertunjukannya, kesenian ini memiliki kekhasan dalam hal instrumen musiknya, yaitu menggunakan sebuah alat musik yang dimainkan dengan cara digesek. Dalam tulisan Teguh Permana mengutip pendapat Luki Hendrawan, secara etimologi,Tarawangsa berasal dari tiga gabungan kata yakni Ta – Ra – Wangsa. Ta merupakan akronim dari kata ‘Meta’ berasal dari bahasa Sunda yang berarti pergerakan, lalu ‘Ra’ berarti api yang agung sama dengan arti Ra dalam bahasa Mesir analogi api yang agung adalah matahari. Dan yang terakhir ‘Wangsa’ sinonim dari kata Bangsa, manusia yang menempati satu wilayah dengan aturan yang mengikatnya. Jadi Ta-Ra-Wangsa berarti ‘kisah kehidupan bangsa matahari’. Dengan kata lain, Tarawangsa merupakan kesenian penyambutan bagi hasil panen padi tumbuhan yang sangat bergantung pada matahari sebagai simbol rasa syukur terhadap Tuhan YME. Tarawangsa merupakan ensemble kordofon (alat musik dawai yang sumber bunyinya berupa ruang resonator) dua alat musik. Yang satu dinamakan tarawangsa itu sendiri, dimainkan dengan cara digesek dan yang satunya dinamakan jentreng dimainkan dengan cara dipetik.

Bentuk alat musik Tarawangsa ini sangat berbeda dengan alat musik gesek lainnya, seperti rebab. Resonator tarawangsa terbuat dari kayu berleher panjang dengan jumlah dawai antara 2 sampai 3 utas. Tarawangsa Pangguyangan ini tidak jauh berbeda dengan tarawangsa Sumedang, namun dari segi panjangnya leher, serta motif ukiran yang menghiasi bagian kepala jelas sekali berbeda. Jumlah kawat yang digunakan tarawangsa Pangguyangan berjumlah dua, tetapi setelah diselidiki lebih dekat ternyata tarawangsa Pangguyangan pada masa lalu menggunakan tiga kawat, dan itu masih terlihat dari lubang untuk pureut (pemutar kawat) nya.

Baca Juga:Resep Ayam Kukus, Mudah dan Enak!Kata Motivasi untuk Kamu yang Sedang dilanda Dilema Hidup!

Kata tarawangsa juga termuat dalam kitab-kitab kuno abad ke-10 yang ditemukan di Bali. Kata tarawangsa dapat ditemukan dalam literatur tersebut dengan kata lain “trewasa” dan “trewangsah”. Bahkan pada masa itu kesenian ini sudah hidup pada masyarakat Sunda, Jawa dan Bali. Namun seiring perkembangan jaman, kini bekas maupun artefak dari alat musik ini sudah tidak diketemukan lagi, Bahkan masyarakatnya pun sudah tidak lagi mengenal alat musik tersebut. (Didi Wiardi: 2008 dalam Ahmad, 19 Februari 2009), terutama di wilayah Jawa maupun Bali. Argumen tersebut muncul dari catatan Jaap Kunst dalam bukunya Hindu-Javanese Musical Instruments (1968).

0 Komentar