Sejarah Peradaban Sundaland

Sekilas sejarah peradaban sundaland
Sekilas sejarah peradaban sundaland/@potretlawas.twitter
0 Komentar

Peneliti dari Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI Eko Yulianto menyatakan, banyak tesis yang disampaikan Oppenheimer masuk akal. Hal ini menjadi sebuah tantangan bagi para peneliti Indonesia untuk membuktikan Teori Oppenheimer melalui penelitian lanjutan.

Wilayah Sundaland meliputi Paparan Sunda, sebuah perpanjangan landas kontinen Asia Tenggara yang stabil secara tektonik dan pernah ada selama periode glasial 2 juta tahun yang lalu.

Ukuran Paparan Sunda diperkirakan sama dengan 120 meter isobath. Selain Semenanjung Malaka dan pulau-pulau di Sumatra, Jawa, dan Kalimantan, termasuk Laut Jawa, Teluk Thailand, dan bagian-bagian Laut Tiongkok Selatan.

Baca Juga:Staycation Moderen Di Alam Terbuka BobocabinCut Nyak Dhien, Pahlawan Aceh Yang Di Makamkan Di Sumedang

Secara total, luas wilayah Sundaland sekitar 1.800.000 km2, Luas dari Sundaland hampir sama dengan luas negara Indonesia. Luas daratan terbuka di Sundaland telah berfluktuasi selama 2 juta tahun terakhir; luas daratan modern sekitar setengah dari luas maksimumnya.

Batas barat dan selatan Sundaland ditandai dengan jelas oleh perairan yang lebih dalam dari Samudra Hindia. Batas timur Sundaland adalah Garis Wallace, yang diidentifikasi oleh Alfred Russel Wallace sebagai batas timur jangkauan fauna mamalia daratan Asia, yang juga menjadi batas zona ekologi Indomalaya dan Australasia.

Pulau-pulau di sebelah timur garis Wallace dikenal sebagai Wallacea, wilayah biogeografis terpisah yang dianggap bagian dari Australasia. Garis Wallace sesuai dengan kanal air dalam yang belum pernah dilalui oleh jembatan darat manapun.

Batas utara Sundaland lebih sulit ditentukan dalam istilah batimetris; suatu peralihan fitogeografis pada sekitar 9ºLU dianggap sebagai batas utaranya.

Sebagian besar Sundaland baru-baru saja terbentuk selama periode glasial terakhir dari sekitar 110.000 sampai 12.000 tahun yang lalu. Saat permukaan laut menurun 30-40 meter atau lebih, jembatan darat menghubungkan pulau-pulau Kalimantan, Jawa, dan Sumatra ke Semenanjung Malaya dan daratan Asia.

Karena permukaan laut baru lebih rendah 30 meter (atau lebih) sepanjang 800.000 tahun terakhir, keadaan Kalimantan, Jawa, dan Sumatra sebagai sebuah pulau merupakan keadaan yang relatif jarang pada masa Pleistosen.

Sebaliknya, permukaan laut lebih tinggi pada Pliosen akhir, dan wilayah Sundaland lebih kecil daripada yang diamati saat ini.

0 Komentar