Pernyataan Dovish Pejabat The Fed Dongkrak Nilai Tukar Rupiah

Pernyataan Dovish pejabat The Fed mengindikasikan penguatan nilai tukar rupiah.
Pernyataan Dovish pejabat The Fed mengindikasikan penguatan nilai tukar rupiah.
0 Komentar

sumedangekspres – Pernyataan Dovish pejabat The Fed mengindikasikan penguatan nilai tukar rupiah. Asumsi itu terkait dengan proses disinflasi yang sedang berlangsung di AS.

Pernyataan Dovish pejabat The Fed memengaruhi nilai kurs rupiah pada Rabu, yakni naik 53 poin atau setara dengan 0,35 persen di posisi Rp15.096 per dolar AS. Nilai itu jelas lebih tinggi dibandingkan dengan posisi rupiah sebelumnya di Rp15.148 per dolar AS.

Pernyataan Dovish pejabat The Fed, meningkatkan selera risiko dan harapan investor terhadap Bank Sentral AS. Khususnya, untuk melonggarkan kebijakan moneternya.

Baca Juga:Slot Demo : Kumpulan, Pengertian, Fungsi, Keuntungan dan BahayaRekomendasi Produk Skincare untuk Mengatasi Under Eye yang Gelap

“Rupiah menguat, hal ini didukung oleh pelemahan dolar AS pasca pidato The Fed bernada Dovish. Pidato itu menegaskan bahwa proses disinflasi sedang berlangsung.” kata Analis DCFX Futures Lukman Leong.

Sementara itu, Dovish sendiri merupakan sebuah kebijakan moneter, di mana Bank Sentral memprioritaskan penurunan pengangguran. Melalui kebijakan Dovish, The Fed mempertahankan suku bunganya pada level yang mendekati nol. Hal itu dilakukan untuk menghidupkan kembali ekonomi setelah lebih dari 20 juta orang menganggur saat pandemi.

Setelah semua lapangan kerja yang hilang selama pandemi pulih kembali, The Fed dapat melakukan putaran 180 derajat untuk fokus terhadap inflasi.

Pada Selasa (7/2/2023), Powell menegaskan kembali bahwa disinflasi telah dimulai, tetapi ia juga memperingatkan bahwa laporan pekerjaan pada Jumat (3/2/2023), menunjukkan mengapa pertempuran melawan inflasi akan memakan waktu yang cukup lama.

Pekan lalu, The Fed menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin dan mengatakan telah melewati periode sulit dalam perang melawan inflasi. Sehingga, peningkatan berkelanjutan dalam biaya pinjaman akan diperlukan.

Sementara dari dalam negeri, data pertumbuhan ekonomi mendukung penguatan rupiah. Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, ekonomi Indonesia tahun 2022 tumbuh sebesar 5,31 persen. Nilai itu lebih tinggi dibandingkan dengan capaian tahun 2021 yang mengalami pertumbuhan sebesar 3,70 persen.

Kepala BPS Margo Yuwono menyebutkan, realisasi pertumbuhan ekonomi 2022 sebesar 5,31 persen dibanding tahun sebelumnya, merupakan pertumbuhan tertinggi sejak tahun 2013.

0 Komentar