sumedangekspres – Petani kecil dapat membantu memperbaiki sistem pangan global, dengan teknologi pertanian yang tepat.
Petani kecil adalah jantung dari sistem pangan global, yang menghasilkan lebih dari sepertiga persediaan pangan yang kita konsumsi. Namun bagi 600 juta petani kecil di dunia, pertanian tidak lagi menjadi mata pencaharian yang berkelanjutan.
Petani kecil meninggalkan komunitas mereka untuk mengejar mata pencaharian alternatif. Fenomena itu sejadinya menambah beban tantangan yang sudah dihadapi oleh sistem pangan kita, seperti konflik geopolitik, efek pascapandemi, dan guncangan iklim yang memburuk.
Baca Juga:Universitas Stanford Mengkaji Masa Depan Chat GPT Dalam Dunia PendidikanOperasi Keselamatan Lodaya 2023, Penjualan Knalpot Bronk Anjlok
Faktor-faktor tersebut membahayakan ketahanan pangan. Hampir 10% populasi dunia menderita kelaparan, dan angka itu terus meningkat.
Kita perlu mengubah sistem pangan global agar lebih adil bagi petani kecil. Petani tidak memiliki akses ke kredit yang cukup untuk mempertahankan dan mengembangkan bisnis mereka. Teknologi dapat membuka akses petani ke kredit dan layanan keuangan, pasar yang andal, penyedia input, layanan konsultasi, dan informasi.
Namun infrastruktur digital yang tidak memadai di masyarakat pedesaan, menghalangi petani kecil untuk mengakses teknologi ini. Internet dan listrik seringkali tidak dapat diandalkan dan mahal, banyak petani tidak memiliki identitas digital, dan akses ke data serta solusi kecerdasan buatan (AI) juga tidak terjangkau.
Sebagai perusahaan berbasis teknologi, Mastercard dan Microsoft telah mengembangkan solusi inovatif untuk mendukung petani dan memperkuat sistem pangan global. Misalnya, Farm Pass mendigitalkan rantai nilai pertanian untuk membuka akses ke kredit, dan menciptakan kumpulan pembeli yang lebih besar.
Bersama dengan perusahaan teknologi pertanian lokal dan lembaga keuangan, Farm Pass telah membantu lebih dari 2 juta petani kecil di Afrika dan India.
Di India, kurang dari separuh petani memiliki akses ke kredit formal, namun malah meminjam dari kredit informal dengan tingkat bunga 35-60%. Banyak petani berjuang dengan arus kas, dan tanpa akses ke pinjaman yang adil. Mereka terpaksa menjual harta pribadi untuk membeli benih pada awal siklus panen.