sumedangekspres – Universitas Stanford mengadakan seminar online menjelang peluncuran Chat GPT. Dalam seminar itu, para pendidik dari seluruh negeri diundang untuk membahas implikasi Chat GPT terhadap dunia pendidikan.
Universitas Stanford membuka dialog konstruktif terkait isu itu, yang diselenggarakan pada 26 Januari 2023. Setelah ditelusuri, para pendidik banyak yang mencemaskan implikasi Chat GPT terhadap bidang mereka. Fungsi Chat GPT yang banyak diekspos oleh media menyinggung beragam paparan terkait kelulusan ujian tertulis di sekolah hukum dan bisnis terkemuka, bahkan ujian lisensi medis hanya karena pelajar mengakses Chat GPT.
Universitas Stanford juga menyoroti debat publik yang berkecamuk tentang implikasi Chat GPT. Salah satunya tentang stereotipe kecerdasan buatan, yang dapat membuat esai sepanjang halaman tentang hampir semua topik.
Baca Juga:Operasi Keselamatan Lodaya 2023, Penjualan Knalpot Bronk AnjlokMesin Gilingan Bakso Terbakar, Kerugian Ditaksir Rp 20 juta
“Obrolan yang diangkat oleh para pakar dan komentator sangatlah keras.” kata Associate Professor Victor Lee, pimpinan fakultas inisiatif AI + Education di Stanford Accelerator for Learning.
Dalam memulai pekerjaan itu, para pemimpin dari Stanford Accelerator for Learning, Stanford’s Hasso Plattner Institute of Design, dan Stanford Institute for Human-Centered Artificial Intelligence berkolaborasi untuk menyukseskan seminar online bagi para pendidik K-12 dari seluruh dunia.
Para pendidik dihimbau untuk secara jujur terbuka terhadap isu ini, termasuk studi kasus penggunaan dan implikasinya. Hasilnya adalah, mereka secara bersama-sama menjelajahi alat AI Generatif di ruang Kelas.
“Salah satu hal terbaik yang dapat kami lakukan saat ini adalah berhenti sejenak, kemudian mendengarkan kekhawatiran dari para pendidik K-12 itu sendiri.” ujar Victor Lee.
Untuk memperkaya perspektif terkait isu tersebut, OpenAI, yakni organisasi yang meluncurkan Chat GPT, juga diundang dalam kesempatan itu. Menurut Isabelle Hau, direktur eksekutif di Stanford Accelerator for Learning, pihak OpenAI menghadirkan perspektif yang penting dan menarik ke dalam diskusi itu.
“Kami mulai menjawab pertanyaan besar tentang teknologi yang masih sangat baru ini, lalu mulai memikirkan secara seksama tentang apa arti pendidikan dalam konteks alat yang begitu kuat. Dialog terbuka ini merupakan kesempatan yang sangat langka untuk membuat peneliti, pendidik, dan pengembang teknologi berkolaborasi secara autentik menuju desain dan solusi yang lebih baik bagi dunia pendidikan.” ujar Isabelle Hau.